Rabu, 28 Desember 2016

makalah hadist ''BIOGRAFI SINGKAT PARA IMAM PENGHIMPUN HADITS”



MAKALAH HADITS

“BIOGRAFI SINGKAT PARA IMAM PENGHIMPUN HADITS”
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam mempelajari hadits kita tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu yang berkenaan dengan hadits saja, tetapi kita juga perlu mempelajari tokoh-tokoh yang telah berjasa besar dalam memelihara dan menyebarluaskan hadits-hadits Nabi yang merupakan sumber ajaran Islam setelah Al-Qur’an. Berkat jasa merekalah hadits-hadits Nabi saw sampai di tangan kita. Para ulama hadits, adalah tokoh-tokoh agama yang menempati posisi khusus dalam umat ini.
Kedudukan mereka di mata umat begitu mulia dan agung, mengingat jasa dan peranan mereka yang begitu besar dalam menjaga kemurnian syariat Islam.Inilah keistimewaan ulama hadits dibandingkan ulama dari disiplin ilmu lainnya. Merekalah para pembawa panji sunnah Nabi, yang merupakan sumber ilmu kedua setelah Alquran. Sunnah Rasulullah merupakan muara yang padanya setiap cabang ilmu agama akan kembali. Tidak ada satu ulama pun dari berbagai disiplin ilmu agama, yang tidak membutuhkan penjelasan mereka tentang sunnah Rasulullah.
Dalam gambaran biografi tersebut secara garis besar dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar. Pertama, para sahabat yang mendapat predikat Al-Mukatsirun fi Al-Riwayah, yakni para tokoh atau ulama yang banyak meriwayatkan hadis.Para ahli hadis telah mengurutkan kelompok ini mulai dari rawi yang paling banyak meriwayatkannya, yaitu AbuHurairah (5.347 buah hadis), Abdullah ibn Umar (2.630 buah hadis), Anas ibn Malik (2.286 buah hadis), Siti ‘Aisyah (2.210 buah hadis), Abdullah ibn Abbas (1.660 buah), Jabir ibn Abdillah (1.540 buah) dan Abu sa’id Al-Khudri (1.170 buah).
Sementara kelompok kedua adalah kelompok para ulama hadist yang berhasil mentadwin hadist, yaitu mengumpulkan, membukukan hadist. Mereka adalah Umar ibn Abd Al-Aziz, Muhammad ibn Abu Bakr ibn Hazm,
Muhammad ibn Syihab Al-Zuhri, Al-Ramahurmuzi, Imam Al-Bukhari,Imam Muslim, Imam Al-Nasa’i, Imam Abu Daud, Imam Al-Tirmidzi,dan Ibnu Majah.

B.     Tujuan:
1.   untuk mengetahui para tokoh-tokoh ulama hadist.
2.   untuk mengetahui biografi singkat para ulama hadist.
3.   untuk mengetahui nama – nama kitab yang dikarang oleh para imam – imam.
C.    Manfaat:
Manfaat disusunnya makalah ini adalah sebagai
1.   Dapat menambah wawasan mengenai materi study hadist.
2.    Dapat mengetahui dan memahami biografi singkat para ulama hadist.
3.   Dapat mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan biografi singkat tokoh-tokoh ulama hadist.
4.   Dapat digunakan  untuk materi tambahan dalam pembelajaran study hadist.













BAB II
                                                       PEMBAHASAN                  
A.    BIOGRAFI SINGKAT PARA IMAM PENGHIMPUNAN HADIS
1.      Imam Malik Bin Anas (94-179 H)
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin ‘Amr bin Harits Al – Ashbahi. Terkenal juga dengan dengan sebutan Imam Dar Al –Hijrah. [1]Ia lahir pada tahun tahun  94 H /712M di kota Madinah daerah Hijaz. Dari riwayat ini,ia adalah keturunan Arab dari dusun Dzu Ashbah, sebuah dusun di kota Hamyar.
Semenjak kanak – kanak, ia terdidik dalam suasana lingkungan yang kondusif dan mendukung.Hidup di tengah – tengan sahabat yang cerdik dan para hukum  agama, sebagai anak yang cerdas cepat menerima pelajaran yang kuat dalam berpikir dan memiliki daya kritis yang tinggi.
Pada saat tumbuh dewasa, ia mengayuhkan langkahnya ke kota Madinah, guna menimba ilmu pengetahuan.Tampaknya ia yakin bahwa sudah cukup baginya kotaMadinah sebagai pusat menimba ilmu. Oleh karena itulah, ajaran islam lahir yang kemudian diikuti oleh para sahabatnya dan tabiin.
Kesungguhannya dalam menekuni agama islam telah menjadikan Imam Malik sebagai seorang panutan di bidang fiqih dan hadis.Bahkan,dalam bidang fiqih, ia dikenal sebagai pendiri salah satu mazhab fiqih,yaitu Mazhab Maliki.
Sebagai sosok ulama besar yang memiliki pengaruh sangat luas,Imam Malik memiliki budi pekerti yang luhur,sopan santun,lemah lembut,mengasihi fakir miskin, dan gemar memberikan bantuan kepada orang lain.
Mengenal sikap pribadi dan kepandaian Imam Malik, beberapa tokoh terutama oleh An-Nasa’I mengatakan bahwa, ”Pada sisiku tidak ada orang lebih pandai dari Malik.Dia orang yang mulia yang dapat dipercaya serta paling jujur.”Bahkan ,Imam Syafi’I mengatakan bahwa Malik adalah hujjatullah atas makhluk-Nya sesudah tabiin.
Setelah 60 tahun mencurahkan tenaga, harta benda, dan pikirannya kepada khalayak ramai tentang ilmu Islam , pada hari Ahad tanggal 10 Rabiul Awwal 179 H/798 M, Imam Malik kembali ke rahmatullah dengan tenang,dalam usia 87 tahun.
Kita Al-Muwaththa’ merupakan karya monumental Imam Malik dalam bidang hadis.Karena itu, kitab ini memiliki lebih dari 80 versi.Lima belas di antaranya  lebih terkenal, dan kini hanya tinggal versi Yahya yang bias diperoleh dalam bentuk orisinal,lengkap,dan tercetak.Versi ini berisi hadis nabi,atsar sahabat,dan atsar ulama kemudian.Jumlah total hadis yang terdapat dalam kitab Al-Muwaththa ‘ adalah 1.726,yang terdiri dari 600 hadis marfu’, 613 hadis mauquf , 285 hadis maqtu, dan 28 hadis mursal.
Selain Al-Muwaththa’, Imam malik juga banyak menghasilkan karya –karya lainnyak, di antaranya Risalah ila Ibnu Wahb fi Al-Qadr, Kitab An- Nujum, Risalah fi Al- Aqdhiyah, Tafsir Gharib Al –Qur’an,Risalah ila Al-Laits bin sa’d, Risalah ila Abu Ghassan, KitabAl-Siyar, Kitab Al- Manasik.
Nasib kebanyakan kitab ini tidak diketahui. Namun, Imam Malik termashyurkarena mazhab pemikirannya, kepribadiannya, keulamaan, dan kitab Al- Muwaththa-nya.[2]
2.      Ahmad bin Mihammad bin Hanbal (164 – 214)
Imam ahmad, (nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hilal bin Asad Asy- Syaibani Al – Marwazi, dikenal juga sebagai Imam Hambali) lahir di Marw (saat ini bernama Mary di Turkmenistan,utara Afganistan dan utara Iran) pada tanggal 20 rabi’ul awal 164 H / 781 M dan wafat pada tahun 241 H di kota Baghdad, Irak.
Imam Ahmad bin Hanbal telah menyusun sebuah Musnad, yang di dalamnya terdapat hadis – hadis  yang tidak ditemukan oleh orang lain. Musnad Ahmad bin Hanbal ini terdiri dari 6 jilid yang memuat tidak kurang dari 30.000 – 40.000 hadis yang telah ia seleksi dari 75.000 hadis.[3]
Selain Al – Musnad, Imam Ahmad juga menulis banyak kitab, di antaranya At- Tafsir,An- Nasikh wa Al- Mansukh , At –tarikh, Hadits Syu’bah, Al- muqaddam wa Al – Mu’akkhar fi Al –Qur’an, fawabah Al- Qur’an, Al – Manasik Al- Kabir, Al – Manasik Ash – Shaghir, Al-‘Ilal, Al – Manasik, Az-Zuhd, Al – Imam, Al – Asyribah, Al – Fadha’il, Tha’ah Ar – Rasul, Al-Fara’idh, Ar- Radd ala Al – Fahmiyyah.[4]
3.      Imam an- nasa’i
Nama lengkapnya adalah abu abdurahman ahmad ibn Syu’aib bin ‘Ali ibn Abi Bakar ibn Sinan An – Nasa’i. Ia terkenal terkenal dengan nama An- nasi’I karena dinisbatkan dengan kota Nasa’I, salah satu kota di Khurasan. Ia dilahirkan pada tahun 215 H demikian menurut Adz –Dzahabi, dan meninggal dunia pada hari senin tanggal 13 Shafar 303 H di Palestina, kemudian dikuburkan di Biatul Maqdis.[5]
Para gurunya yang nama harumnya tercatat oleh pena sejarah, antara lain Qutaibah bin Sa’id, ishaq bin Ibrahim, Ishak bin Rahawiah, Al – Harits bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu Dawud (penyusun sunan Abi Daud), dan Imam Abu Isa At – Tirmizi (penyusun Al- jami’ atau sunan at –Tirmidzi).
Karangan – karangan imam An – Nasa’i yang sampai kepada kita dan telah diabadikan oleh pena sejarah antara lain As- Sunan Al – kubra, As- Sunan Al – Sughra (kitab ini merupakan bentuk perampingan dari kitab As – Sunan Al – kurba), Al- khashais, Fadhail Ash- Shahabah, dan al – Manasik. Manurut sebuah keterangan yang diberikan oleh Imam Ibnu Al – Atsir Al – Jazairi dalam kitabnya jami Al- Ushul, kitab ini disusun  berdasarkan pandangan – pandangan fiqh mazhab Syaf’i.
Untuk pertama kali, sebelum disebut dengan Sunan An – Nasa’I, kitab ini dikenal dengan As- Sunan Al – Kubra. Setelah tuntas menulis kitab ini, ia kemudian menghadiahkan kitab ini kepada Amir Ramlah (Walikota Ramlah) sebagai tanda penghormatan. Amir kemudian bertanya kepada An – Nasa’I, “Apakah kitab ini seluruhnya berisi hadis sahih ?’ ia menjawab dengan kejujuran,” Ada yang sahih, hasan, dan adapula yang hamper serupa dengannya.”
Amir berkata kembali, “kalau demikian halnya, pisahkanlah hadis yang sahih – sahih saja.”Atas permintaan Amir ini, An – Nasa’I kemudian menyeleksi dengan ketat semua hadis yang telah tertuang dalam kitab As- Sunan Al – kubra. Akhinya,ia berhasil melakukan perampingan terhadap As – Sunan Al – Kubra sehingga menjadi As – Sunan Al – Sughra. Dari segi penamaan saja, sudah bisa dinilai bahwa  kitab yang kedua merupakan bentuk perampingan dari kitab pertama.
Imam An –Nasa’I sangat  teliti dalam menyeleksi hadis – hadis  yang termuat dalam kitab pertama. Oleh karena itu, benyak ulama berkomentar, “ Kedudukan kitab As –Sunan Al – Sughra di bawah derajt Shahih Al – Bukhari dan Shahih Muslim. Fi dua kitab terakhir,  sedikit sekali hadis dhaif  yang terdapat didalamnya.” Karena hadis – hadis yang termuat dalam kitab kedua (As –Sunan Al – Sughra) merupakan hadis – hadis pilihan yang telah diseleksi dengan ketat, kitab ini juga dinamakan Al –Mujtaba . pengertian Al –Mujtaba . bersinonim dengan Al  - Maukhtar  (yang terpilih) karena memang kitab ini berisi hadis – hadis pilihan hasil seleksi dari kitab As – Sunan Al – kubra.
4.      Abu dawud ( 202 – 275 H)
Nama lengkap Abu Dawud adalah Abu Dawud Sulaiman bin Al – Asy’ats bin ishaq bin Basyir bin Amar bin ‘Amran al – Azdi As – Sijistani.
Abu daud adalah seorang perawi hadis yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadis lalu memilih dan menuliskan 4.800, di antaranya dalam kitab Sunan Abu Dawud . Untuk mengumpulkan hadis, ia bepergian ke Saudi Arabia, Irak, Khurasan, Mesir, Nishabur, Marv, dan tempat – tempat lain, menjadikannya sebagai salah seorang ulama’ yang paling luas perjalanannya.
Imam Abu Dawud menyusun kitabnya di Baghdad. Minat utamanya adalah syariat, jadi kumpulan hadisnya berfokus murni pada hadis tentang syari’at. Setiap hadis dalam kumpulannya diperiksa kesesuaiannya dengan Al – Qur’an, begitu pula sanadnya. Dia pernah memperlihatkan kitab tersebut kepada imam ahmad untuk meminta saran perbaikan.[6]
Kitab Sunan Abu Dawud diakui oleh mayoritas dunia muslim sebagai salah satu kitab hadis yang paling otentik. Namun, diketahui bagwa kitab ini mengandung beberapa hadis lemah ( yang sebagian ditandai oleh imam Abu Dawud dan sebagian tidak).
Imam abu dawud adalah imam dari imam – imam ahlusunnah wal jamaah yang hidup di bashrah, kota berkembangnya kelompok Qadariyah dan pemikiran Khawarij, Mu/tazilah,Syi’ah Rafidhah, Jahmiyah, serta lain – lainnya. Walaupun demikian, ia tetap dalam keistiqamahan di atas sunnah dan membantutah Qadariyah dengan kitabnya Al – Qadar. Demikian pula, bantahannya atas Khawarij dalam kitabnya Akhbar Al khawarij dan membantah pemahaman yang menyimpang dari kemurnian ajaran islam yang telah disampaikan oleh Rasulullah. Tentang hal itu bias dilihat pada kitabnya As – sunan yang di dalamnya terdapat bantahan – bantahannya terhadap Jamiyah,Murji’ah, dan  Mu’tazilah.

5.      Abu Sa’id Al-Khudri (12 Seb. H-74 H)
Dia adalah Sa’ad ibn Malik ibn Sinan ibn ‘Ubaidibn Tsa’labah ibn ‘Ubaid ibn al-Abjar, yaitu Khudrah ibn ‘Auf Ibn al-Harits ibn al-Kharraj al-Anshari. Pada usia 13 tahun, dia dibawa serta oleh ayahnya menghadap Rasul saw. agar diizinkan untuk turut dalam peperangan Uhud, tetapi rasulullah saw. menganggapnya masih terlalu muda untuk berperang waktu itu, dan selanjutnya beliau menyarankan untuk dibawa pulang kembali. Dalam peperangan berikutnya , dia telah dibenarkan untuk berpartisipasi sehingga selama hidupnya dia telah mengikuti sejumlah 12 kali peperangan.[7]
Selain langsung dari Rasulullah  saw., Abu Sa’id al-Khuduri mendapatkan hadis melalui ayahnya, yaitu Malik ibn Sinan, dari saudara seibunya, yakni Qatadah ibn Nu’man, dari Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, Zaid ibn Tsabit, Abu Qatadah al-Anshari, ‘Abd Allah ibn Salam, Ibn ‘Abbas, Abu Musa al-Asy’ari, Mu’awiyyah, Jabir ibn ‘Abd Allah, dan lain-lain. Hadis-hadis koleksi Abu Sa’id selanjutnya diriwayatkan oleh anaknya, ‘Abd al-Rahman, istrinya, yakni Zainab binti Ka’ab ibn ‘Ajrah, Ibn ‘Abbas, Ibn ‘Umar, Jabir, Zaid ibn Tsabit, Abu ‘Umamah ibn Sahal, Ibn Musyayab, Tharib ibn Syihab, dan lain-lain.
Dari 1170 hadis yang merupakan koleksi Abu Sa’id al-Khuduri, sejumlah 111 hadis diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, 43 hadis disepakati oleh keduanya, 16 hadis diriwayatkan oleh Bukhari saja, dan 52 hadis diriwayatkan oleh Muslim saja. Hadis-hadisnya yang lain dijumpai di dalam Al-Kutub al-Sittah.Abu Sa’id al-Khuduri meninggal dunia pada tahun 74 H di Madinah, dalam usia 86 tahun.
6.      Imam At-Tirmidzi
Nama lengkap Imam al-Tirmidzi adalah : Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin al-Dlahak al-Sulami al-Bughi al-Tirmidzi, ada dua nama nasab bagi Imam al-Tirmidzi. Para sejarawan tidak menyebutkan dengan pasti kapan al-Imam al-Tirmidzi lahir tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa al-imam lahir pada tahun 207 H, mendekati tahun 120 H. Para ulama juga berbeda pendapat apakah al-Imam terlahir dalam keadaan tunanetra ataukah bisa melihat ?, Dr.Nuruddin dengan mengutif pernyataan  dari al-Dzahaby, Ibn Katsir, dan Ibn Hajar, mengungkapkan bahwa mereka cenderung mengemukakan alas an sebagai berikut :
1.   Ulama ahli hadis meriwayatkan, bahwa al-Imam al-Tirmidzi pernah mendatangi seorang ulama dengan tujuan meneliti beberapa hadis yang diterimanya melalui perantara, ternyata hadis (yang dihafal dan ditulisnya) itu banyak terdapat perbedaan, setelah memperbaharuinya al-Imam menjadikan hadis tersebut sebagai hujjah.
2.   Hafizh bin ‘Alak (w. 325 H), ia termasuk ulama yang mengetahui dari sumber pertama bahwa al-Imam al-Tiemidzi terlahir dalam keadaan bisa melihat, hanya pada akhir hayatnya karena mengalami sakit mata yang tidak bisa disembuhkan beliau mengalami kebutaan hingga masa wafatnya.
Al-Imam al-Tirmidzi terkenal dengan sebutan Abu Isa yang ternyata san tebagian ulama tidak menyenangi sebutan tersebut, karena ada hadis yang dikeluarkan oleh Ibn Abi Syaibah bahwa seorang pria tidak dibenarkan menggunakan sebutan atau nama Abu ‘Isa yang berarti ayah dari ‘Isa, seperti yang diketahui bahwa Isa tidak punnya ayah.
Al-Imam al-Tirmidzi adalah orang yang cinta ilmu, maka beliau sangat tekun dalam mencarinya, beliau banyak belajar dari ulama-ulama di negerinya, kemudian beliau juga menimba ilmu ke negeri lainnya seperti : Khurasan, Iraq, Hijaz, dalam sejarahnya Imam al-Tirmidzi belum pernah pergi ke Mesir dan Syam, beliau menerima riwayat hadis dari ulama-ulama negeri tersebut dengan perantara, dan beliau juga belum pergi ke Baghdad, karena situasi dan kondisi yang kacau dinegeri tersebut sehingga al-Imam al-Tirmidzi tidak dapat mendengar langsung hadis dari Imam Ahmad Ibn Hambal, bahkan al-Khatib al-Baghdady tidak mencantumkan al-Imam al-Tirmidzi dalam bukunya “Tarikh Bagdad”
Mengenai tahun wafatnya, para ulama mengatakan bahwa beliau meninggal pada hari Senin malam 13 Rajab 279 H. pada usia 70 tahun.

Guru-guru Imam Al-Tirmidzi
Kebanyakan para ulama mengatakan bahwa diantara guru-guru al-Imam al-Tirmidzi adalah juga merupakan guru dari Imam al-Bukhori dan Imam Muslim. Mengenai nama-nama prawi yang menjadi sumber periwayatan al-Imam al-Tirmidzi ada yang langsung dan ada yang tidak langsung (dengan melalui perantara).
Nama-nama Rawi yang diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi
a.       Muhammad bin Amr al-Sawaqy, AbuAbdillah al-Balkhi, terkenal dengan julukan al-Sha’iqah (w. 238 H) meriwayatkan darinya al-Bukhori, Abu Dawud, al-Nasai, al-Tirmidzi, dan yang lainnya.
b.      Mahmud bin Gaylan al ‘Adawy, Abu Ahmad al-Marwazy, Nazil Baghdad (w. 239 H) meriwayatkan darinya al-Jama’ah kecuali Abu Daud, Abu Hatim, dan yang lainnya.
c.       Qutaibah bin Sa’id bin Jamil bin Thariq bin Abdillah al-Tsaqahi dikatakan namanya adalah Yahya sedang Qutaibah adalah julukannya (w.249 H) meriwayatkan darinya : Al-Jama’ah selain Ibn Majah, Ibn Majah meriwayatkan dari beliau melalui perantara Ahmad bin Hambal.
d.      Aly bin Hajar bin Iyas al-Sa’dy al-Marwazy (w. 244 H) meriwayatkan darinya Bukhori, Muslim, al-Tirmidzi, an-Nasa’I, dan yang lainnya.
e.       Abdullah bin Ma’anal Khumaikhi, Bashrah (w. 143 H).
f.       Ahmad bin Muni’ ibn Abdurrahman al-Baghawy, Abu Ja’far, Baghdad (w. 244 H) meriwayatkan darinya al-Jama’ah kecuali al-Bukhori dengan perantara.
g.      Amar bin Aly ibn Bahr ibn Khunaiz al-Bahily, Abu Hafs al-Bashry al-Sharfy al-Falasy (w. 249 H), meriwayatkan dari beliau al-Jama’ah.
h.      Muhammad bin ‘Abban al-Mustamily, Balkh (w. 244 H).
i.        Hanad bin al-Siry binMush’ab bin Abi Bakr, Abu al-Siry al-Kufy (w. 243 H), meriwayatkan darinya al-Bukhori dan yang lainnya.
j.        Nashr bin Aly bin Nashr bin Aly al-Shahbany al-Azady al-Jahdlamy (w. 250 H), meriwayatkan darinya al-Jama’ah.
k.      Muhammad bin Abdurrahim binAbi Zuhair al-Baghdadi terkenal dengan julukan al-Sha’iqah (w. 255 H), meriwayatkan drinya al-Bukhori, Abu Daud, al-Tirmidzi, al- Nasa’I dan yang lainnya.
l.        Muhammad bin Ismail al-Bukhori (w. 256 H), meriwayatkan darinya al-Tirmidzi dalam kitab al-Jami’ dan Muslim tidak dalam kitab Jami’nya dan meriwayatkan pula darinya al-Nasa’I dan yang lainnya.
m.    Muhammad bin Ismail bin Yusuf al-Sulamy, Abu Ismail al-Tirmidzi (w. 280 H) meriwayatkan darinya al-Tirmidzi, al-Nasa’I, Ibn Abi Dunya, dan yang lainnya.
n.      Muslim bin Hijaz bin Muslim al-Qusyairi, Abu al-Hasan al-Naisaburi (w. 261 H) meriwayatkan darinya al-Tirmidzi.
v  Kitab al-Jami’ al-Tirmidzi
1.   Penamaan Kitab
  Dalam bukunya “Tahqiq Ismat Al-Shahihaini wa isna al-Jami’ al-Tirmidzi” Abdul Fathah Abu Ghaddah menerangkan bahwa nama asli yang diberikan Imam al-Tirmidzi terhadap bukunya adalah “al-Jami’ al-Mukhtashar Min al-Sunan ‘An Rasulullah SAW Wa Ma’rifat al-Shahih wa al-Ma’lul wama ‘Alahi al Amal” dan menyebutkan bahwa beberapa ulama berpendapat sama tentang penamaan al-Imam dengan nama tersebut. Tetapi nama tersebut tidak begitu terkenal dan tidak banyak dipakai oleh para ulama dalam menamakan kitab al-Imam ini karena nama yang terkenal bagi kitab ini adalah.
a)      Shahih al-Tirmidzi : sebagaimana nama yang disebutkan oleh al-Suyuthi dari al-Khatib al-Baghdadi.
b)      Al-Jami’ Al-Shahih : Nama yang disebutkan oleh al-Hakim,, karena terdapat didalamnya hadis shahih, hasan dan dlaif, karenanya penamaan kitab al-Imam dengan Shahih al-Tirmidzi merupakan al-Jami’ al-Shahih boleh saja.
c)      Al-Jami’ al-Kabir sebagaimana yang disebutkan oleh al-Katani dalam bukunya al-Risalah al-Mustatrifah, tetapi nama ini jarang digunakan.
d)     Al-Sunan ; nama yang terkenal untuk kitab ini dan dinisbatkan kepada penulisnya hingga menjadi “al-Sunan al-Tirmidzi” dinamai sunan karena kitab ini mencakup hadis ahkam dan disusun berdasarkan bab-bab fiqih.
e)      Al-Jami : terkenal juga dengan nama al-Jami yang dinisbatkan kepada penulisnya sehingga menjadi “al-Jami’ al-Tirmidzi” , adapun alas an penamaan dengan nama al-Jami’ karena kitab ini mencakup seni hadis yang delapan yaitu tentang tafsir, Ahkam, Sirah (Sejarah), Fitan (fitnah dan malapetaka), Aqaid, Riqaq, Adab dan Manaqib (biografi sahabat dantabi’in).
7.      Imam Ibnu Majah
Ibn Majah adalah seorang kepercayaan yang besar, yang disepakati tentang kejujurannya, dapat dijadikan argumentasi pendapat-pendapatnya. Ia mempunyai pengetahuan luas dan banyak menghafal hadith.
Imam Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi’i al-Qarwini, pengarang kitab As-Sunan dan kitab-kitab bemanfaat lainnya. Kata “Majah” dalam nama beliau adalah dengan huruf “ha” yang dibaca sukun; inilah pendapat yang shahih yang dipakai oleh mayoritas ulama, bukan dengan “ta” (majat) sebagaimana pendapat sementara orang. Kata itu adalah gelar ayah Muhammad, bukan gelar kakeknya, seperti diterangkan penulis Qamus jilid 9, hal. 208. Ibn Katsr dalam Al-Bidayah wan-Nibayah, jilid 11, hal. 52.
Imam Ibn Majah dilahirkan di Qaswin pada tahun 209 H, dan wafat pada tanggal 22 Ramadhan 273 H. Jenazahnya dishalatkan oleh saudaranya, Abu Bakar. Sedangkan pemakamannya dilakukan oleh kedua saudaranya, Abu Bakar dan Abdullah serta putranya, Abdullah.
a.       Pengembaraan Imam Ibnu Majah         
  Ia berkembang dan meningkat dewasa sebagai orang yang cinta mempelajari ilmu dan pengetahuan, teristimewa mengenai hadith dan periwayatannya. Untuk mencapai usahanya dalam mencari dan mengumpulkan hadith, ia telah melakukan lawatan dan berkeliling di beberapa negeri. Ia melawat ke Irak, Hijaz, Syam, Mesir, Kufah, Basrah dan negara-negara serta kota-kota lainnya, untuk menemui dan berguru hadith kepada ulama-ulama hadith. Juga ia belajar kepada murid-murid Malik dan al-Lais, rahimahullah, sehingga ia menjadi salah seorang imam terkemuka pada masanya di dalam bidang ilmu nabawi yang mulia ini.
b.      Aktifitas Periwayatan Ibnu Majah
Ia belajar dan meriwayatkan hadith dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin Numair, Hisyam bin ‘Ammar, Muhammad bin Ramh, Ahmad bin al-Azhar, Bisyr bin Adan dan ulama-ulama besar lain. Sedangkan hadith-hadithnya diriwayatkan oleh Muhammad bin ‘Isa al-Abhari, Abul Hasan al-Qattan, Sulaiman bin Yazid al-Qazwini, Ibn Sibawaih, Ishak bin Muhammad dan ulama-ulama lainnya.
c.          Penghargaan Para Ulama Kepada Imam Ibnu Majah
Abu Ya’la al-Khalili al-Qazwini berkata: “Ibn Majah adalah seorang kepercayaan yang besar, yang disepakati tentang kejujurannya, dapat dijadikan argumentasi pendapat-pendapatnya. Ia mempunyai pengetahuan luas dan banyak menghafal hadith.”
Zahabi dalam Tazkiratul Huffaz, melukiskannya sebagai seorang ahli hadith besarm mufasir, pengarang kitab sunan dan tafsir, serta ahli hadith kenamaan negerinya. Ibn Kasir, seorang ahli hadith dan kritikus hadith berkata dalam Bidayah-nya: “Muhammad bin Yazid (Ibn Majah) adalah pengarang kitab sunan yang masyhur. Kitabnya itu merupakan bukti atas amal dan ilmunya, keluasan pengetahuan dan pandangannya, serta kredibilitas dan loyalitasnya kepada hadith dan usul dan furu’.”
d.      Karya-Karya Imam Ibnu Majah
1.   Imam Ibn Majah mempunyai banyak karya tulis, di antaranya:
·         Kitab As-Sunan, yang merupakan salah satu Kutubus Sittah (Enam Kitab Hadith yang Pokok).
·         Kitab Tafsir Al-Qur’an, sebuah kitab tafsir yang besar manfatnya seperti diterangkan Ibn Kasir.
·         Kitab Tarikh, berisi sejarah sejak masa sahabat sampai masa Ibn Majah.
2.      Sekilas Tentang Sunan Ibnu Majah
Kitab ini adalah salah satu kitab karya Imam Ibn Majah terbesar yang masih beredar hingga sekarang. Dengan kitab inilah, nama Ibn Majah menjadi terkenal. Ia menyusun sunan ini menjadi beberapa kitab dan beberapa bab. Sunan ini terdiri dari 32 kitab, 1.500 bab. Sedan jumlah hadithnya sebanyak 4.000 buah hadith.
Kitab sunan ini disusun menurut sistematika fiqh, yang dikerjakan secara baik dan indah. Ibn Majah memulai sunan-nya ini dengan sebuah bab tentang mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Dalam bab ini ia menguraikan hadith-hadith yang menunjukkan kekuatan sunnah, kewajiban mengikuti dan mengamalkannya.
3.            Kedudukan Sunan Ibnu Majah Di Antara Kitab-Kitab Hadits
Sebahagian ulama tidak memasukkan Sunan Ibn Majah ke dalam kelompok “Kitab Hadith Pokok” mengingat darjat Sunan ini lebih rendah dari kitab-kitab hadith yang lima. Sebahagian ulama yang lain menetapkan, bahawa kitab-kitab hadith yang pokok ada enam kitab (Al-Kutubus Sittah/Enam Kitab Hadith Pokok), yaitu:
·         Shahih Bukhari, karya Imam Bukhari.
·         Shahih Muslim, karya Imam Muslim.
·         Sunan Abu Dawud, karya Imam Abu Dawud.
·         Sunan Nasa’i, karya Imam Nasa’i.
·         Sunan Tirmidzi, karya Imam Tirmidzi.
·          Sunan Ibn Majah, karya Imam Ibn Majah.
8.      Imam Bukhari
Tokoh Islam penghimpun dan penyusun hadith itu banyak, dan yang lebih terkenal di antaranya seperti yang disebut diatas. Adapun urutan pertama yang paling terkenal diantara enam tokoh tersebut di atas adalah Amirul-Mu’minin fil-Hadith (pemimpin orang mukmin dalam hadith), suatu gelar ahli hadith tertinggi. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Bardizbah. Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail, terkenal kemudian sebagai Imam Bukhari, lahir di Bukhara pada 13 Syawal 194 H (21 Juli 810 M), cucu seorang Persia bernama Bardizbah. Kakeknya, Bardizbah, adalah pemeluk Majusi, agama kaumnya. Kemudian putranya, al-Mughirah, memeluk Islam di bawah bimbingan al-Yaman al Ja’fi, gubernur Bukhara. Pada masa itu Wala dinisbahkan kepadanya. Kerana itulah ia dikatakan “al-Mughirah al-Jafi.”
Mengenai kakeknya, Ibrahim, tidak terdapat data yang menjelaskan. Sedangkan ayahnya, Ismail, seorang ulama besar ahli hadith. Ia belajar hadith dari Hammad ibn Zayd dan Imam Malik. Riwayat hidupnya telah dipaparkan oleh Ibn Hibban dalam kitab As-Siqat, begitu juga putranya, Imam Bukhari, membuat biografinya dalam at-Tarikh al-Kabir.
Ayah Bukhari disamping sebagai orang berilmu, ia juga sangat wara’ (menghindari yang subhat/meragukan dan haram) dan taqwa. Diceritakan, bahawa ketika menjelang wafatnya, ia berkata: “Dalam harta yang kumiliki tidak terdapat sedikitpun wang yang haram maupun yang subhat.” Dengan demikian, jelaslah bahawa Bukhari hidup dan terlahir dalam lingkungan keluarga yang berilmu, taat beragama dan wara’. Tidak hairan jika ia lahir dan mewarisi sifat-sifat mulia dari ayahnya itu.
Ia dilahirkan di Bukhara setelah salat Jum’at. Tak lama setelah bayi yang baru lahr itu membuka matanya, iapun kehilangan penglihatannya. Ayahnya sangat bersedih hati. Ibunya yang saleh menagis dan selalu berdo’a ke hadapan Tuhan, memohon agar bayinya bisa melihat. Kemudian dalam tidurnya perempuan itu bermimpi didatangi Nabi Ibrahim yang berkata:
“Wahai ibu, Allah telah menyembuhkan penyakit putramu dan kini ia sudah dapat melihat kembali, semua itu berkat do’amu yang tiada henti-hentinya.”
Ketika ia terbangun, penglihatan bayinya sudah normal. Ayahnya meninggal di waktu dia masih kecil dan meninggalkan banyak harta yang memungkinkan ia hidup dalam pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Dia dirawat dan dididik oleh ibunya dengan tekun dan penuh perhatian.
Keunggulan dan kejeniusan Bukhari sudah nampak semenjak masih kecil. Allah menganugerahkan kepadanya hati yang cerdas, pikiran yang tajam dan daya hafalan yang sangat kuat, teristimewa dalam menghafal hadith. Ketika berusia 10 tahun, ia sudah banyak menghafal hadith. Pada usia 16 tahun ia bersama ibu dan abang sulungnya mengunjungi berbagai kota suci. Kemudian ia banyak menemui para ulama dan tokoh-tokoh negerinya untuk memperoleh dan belajar hadith, bertukar pikiran dan berdiskusi dengan mereka. Dalam usia 16 tahun, ia sudah hafal kitab sunan Ibn Mubarak dan Waki, juga mengetahui pendapat-pendapat ahli ra’yi (penganut faham rasional), dasar-dasar dan mazhabnya.
a.       Pengembaraan Bukhari
Tahun 210 H, Bukhari berangkat menuju Baitullah untuk menunaikan ibadah haji, disertai ibu dan saudaranya, Ahmad. Saudaranya yang lebih tua ini kemudian pulang kembali ke Bukhara, sedang dia sendiri memilih Mekah sebagai tempat tinggalnya. Mekah merupakan salah satu pusat ilmu yang penting di Hijaz. Sewaktu-waktu ia pergi ke Madinah. Di kedua tanah suci itulah ia menulis sebahagian karya-karyanya dan menyusun dasar-dasar kitab Al-Jami’as-Shahih dan pendahuluannya.
Dalam setiap perjalanannya yang melelahkan itu, Imam Bukhari senantiasa menghimpun hadith-hadith dan ilmu pengetahuan dan mencatatnya sekaligus. Di tengah malam yang sunyi, ia bangun dari tidurnya, menyalakan lampu dan menulis setiap masalah yang terlintas di hatinya, setelah itu lampu di padamkan kembali. Perbutan ini ia lakukan hampir 20 kali setiap malamnya. Ia merawi hadith dari 80.000 perawi, dan berkat ingatannya yang memang super jenius, ia dapat menghapal hadith sebanyak itu lengkap dengan sumbernya.
b.   Kemashuran Imam Bukhari
Kemasyhuran Imam Bukhari segera mencapai bahagian dunia Islam yang jauh, dan ke mana pun ia pergi selalu di alu-alukan. Masyarakat hairan dan kagum akan ingatannya yang luar biasa. Pada tahun 250 H. Imam Bukhari mengunjungi Naisabur. Kedatangannya disambut gembira oleh para penduduk, juga oleh gurunya, az-Zihli dan para ulama lainnya.[8]
Imam Muslim bin al-Hajjaj, pengarang kitab as-Shahih Muslim menceritakan: “Ketika Muhammad bin Ismail datang ke Naisabur, aku tidak pernah melihat seorang kepala daerah, para ulama dan penduduk Naisabur memberikan sambutan seperti apa yang mereka berikan kepadanya.” Mereka menyambut kedatangannya dari luar kota sejauh dua atau tiga marhalah (± 100 km), sampai-sampai Muhammad bin Yahya az-Zihli berkata: “Barang siapa hendak menyambut kedatangan Muhammad bin Ismail besok pagi, lakukanlah, sebab aku sendiri akan ikut menyambutnya. Esok paginya Muhammad bin Yahya az-Zihli, sebahagian ulama dan penduduk Naisabur menyongsong kedatangan Imam Bukhari, ia pun lalu memasuki negeri itu dan menetap di daerah perkampungan orang-orang Bukhara. Selama menetap di negeri itu, ia mengajarkan hadith secara tetap. Sementara itu, az-zihli pun berpesan kepada para penduduk agar menghadiri dan mengikuti pengajian yang diberikannya. Ia berkata: “Pergilah kalian kepada orang alim yang saleh itu, ikuti dan dengarkan pengajiannya.”

B.     BIOGRAfI TENTANG PARA ULAMA’ HADIS DAN SAHABAT – SAHABATNYA
1.      Ahli hadis dari kalangan sahabat
a.    Abu hurairah
Dari segi nama, banyak sekali yang dinisbatkan pada seorang laki – laki asal yaman, bahwa pernyatan yang benar menganai nama abu hurairah baik ketika ia mesah menyembah berhala maupun sesudah masuk islam, kebanyakan yang di angap dapat di percayai adalah abd Ar – rahman ibn shakar dan umair ibnu amir, lazimnya ia dikenal dengan kuniayahnya, yaitu abu hurairah.
Abu hurairah secara harifah berarti penyayang anak kucing, nama lengkapnya adalah Abd Ar-rahman ibn shakar Ad-dausi Al yamin.  abu hurairah masuk islam saat mendengar dakwah dari teman sekampungnya yaitu thufail ibn amr ad- dausi, yang pernah datang untuk menemui nabi muhammad s.a.w dengan telenga disumbat dengan kapas agar tidak mendengar ayat – ayat al – quraan, namun ayat – ayat tersebut menembus ketelinganya sampai masuk kedalam hati nuranai thufail, dan kemudian thufail masuk islam yang ikhlas dan patuh.
Abu hurairah berhijrah ke madinah pada malam terjadinya perang khubair ( 7 H / 629 M ), abu hurairah solat subuh pertama kali di madinah, dan pertama kali bermakmum, sejak tahun itu abu hurairah tidak pernah berpisah dengan rasullullah siang maupun malam.
Abu hurairah selaa tiga tahun, yaitu hingga wafat rasulullah S.A.W beliao mencurahkan segala kesempatan untuk menerima hadis- hadis yan diucapkan rasulullah S.A.W. selama di sana abu hurairah tinggal di serambi masjid yang deket dengan rumah rasulullah S.A.W. dan dikenal dengan sebutan sahabat’ashhabu al-suffah’ mengenai kehidupan abu  hurairah muhammad khalid menceritakan:
Aku dibesarkan dalam keadan yatim dan pergi hijrah dalam keadaan miskin.... aku menerima upah sebagai pembantu pada keluarga busroh binti ghazwan untuk mengisi perutku, akulah yang melayani keluarga itu bila mereka menetap dan menuntun binatang tungganganya bila sedang bepergaian, sekarang inilah aku, allah telah menikahkanku dengan putri buzrah maka segala puji allah yang telah menjanjikan agama ini tian penegak.[9]
Abu hurairah terkenal sebagai orang yang tekun beribadah dan penghafal al –quraan dan terampil, menghafal dan kuat ingatannya.
Abu hurairah menetap dimadinah sebagai seorang ahli ibadah dan seorang mujahid. Kemudian pada zaman ummar bin khatab, ia diangkat sebagai gubenur dikota bahrain.
Selepas menjabat jadi gubenur di bahrain, ia lebih suka menetap di madinah menghabiskan sisa umurnya. Semasa kekuasaan marwan ibn hakam, ia jugak membantu beberapa urusan negara, kemudian marwan mengangkatnya sebagai wakil gubnur di madinah. 
Abu hurairah wafat pada thn 59 hijriyah dalam usia 78 tahun, ada pula yang mengatakan ia wafat pada thn 58 dan 57 hijriyah.
a.       Jabir ibn’ abd allah ( 16 seb H- 78 H )
Namanya adalah jabir ibn’Abd allah ibn amr haram ibn tsa’labahb al khazraji al- salami. Jabir adalah seorang fakih dan mufti pada masanya. Ayahnya gugur dalam peperangan uhud dan meninggalkan warganya yang membutuhkan nafkah beserta utang. Rasulullah saw. Mengobati rasa dukanya, menyantuninya dengan rasa kasih sayang dan memeliharanya sampai utangnya terbayar.
Meskipun hidup dalam kesempitan, hal tersebut tidak menghalangi jabir untuk menuntut dan mencari ilmu pengetahuan. Oleh karenanya, selain dari rasul saw. Jabir juga memperoleh hadis dari para sahabat, seperti abu bakar, umar, ali abu, ubaidah dan para sahabat lainnya.
Dari1540 hadis yang diriwayatkan oleh jabir, sejumlah, 212hadis diriwayatkan oleh bukharidan muslim, 26 hadis oleh bukhori saja, dan 126 hadis oleh muslim saja, sanad yang paling soheh dari hadis jabir adalah melelui jalur ahli mekah, dari jalan supyan ibn’uyainah, dari ‘amr ibn dinar, dari jabir ibn ‘ Abd Allah. Jabir meninggal dunia pada tahun 78 H dalam usia 94 tahun, dan dia adalah sahabat trakhir meninggal dunia di madinah. [10]
b.         Muhammad  ibnu Hazm ( w. 117 H )
Nama lengkapnya adalah abu bakar ibn muhammad ibn ‘ amr ibn hazam al – ashari al- khazraji al- najjari al-madani al- qodhi. Ada yang menyebutkan bahwa namanya adalah abu bakar dan kinayah- nya abu muhammad, dan bahkan ada yang mengatakan bahwa nama dan kinayah nya adalah sama.
Tahun lahirnya tidak diketahui dan tahun meninggalnya menurut al- hatsam, adalah tahun 117 H, dan pendapat ini dipegang oleh ‘ ajjaj il-katibi. Sementara itu al wakidi dan ibnu al madini berpendapat bahwa ibnu hamzan meninggal pada tahun 120 H dan pendapat ini di ikuti oleh hasbi ash shidieqy.
Ibnu hamzan adalah seorang ulamak besar dalam bidang hadis dan dia juga terkenal ahli dalam bidang fiqih pada masanya. Imam malik ibn annas mengatakan, “saya tidak melihat seorang ulamak seperti abu bakar ibn hazm, yaitu seorang yang sangat mulia dan sempurna sifatnya dia meritah di madinah dan menjadi hakim.
Tidak ada dikalangan kami di madinah yang menguasai ilmu Al-qadha      ( mengenai pradilan ) seperti yang dimiliki oleh ibn hazm
Sebagai seorang ulamak besar, dia merupakan guru dari beberapa imam besar yang terkenal dalam sejarah hadis dan fiqih. Di antara para murid- muridnya adalah al-auzai, malik, al-laits, dan ibn ishaq.
























BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dalam mempelajari hadits kita tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu yang berkenaan dengan hadits saja, tetapi kita juga perlu mempelajari tokoh-tokoh yang telah berjasa besar dalam memelihara dan menyebarluaskan hadits-hadits Nabi yang merupakan sumber ajaran Islam setelah Al-Qur’an. Berkat jasa merekalah hadits-hadits Nabi saw sampai di tangan kita. Para ulama hadits, adalah tokoh-tokoh agama yang menempati posisi khusus dalam umat ini.
Kedudukan mereka di mata umat begitu mulia dan agung, mengingat jasa dan peranan mereka yang begitu besar dalam menjaga kemurnian syariat Islam.Inilah keistimewaan ulama hadits dibandingkan ulama dari disiplin ilmu lainnya. Merekalah para pembawa panji sunnah Nabi, yang merupakan sumber ilmu kedua setelah Alquran. Sunnah Rasulullah merupakan muara yang padanya setiap cabang ilmu agama akan kembali. Tidak ada satu ulama pun dari berbagai disiplin ilmu agama, yang tidak membutuhkan penjelasan mereka tentang sunnah Rasulullah.

Dalam gambaran biografi tersebut secara garis besar dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar. Pertama, para sahabat yang mendapat predikat Al-Mukatsirun fi Al-Riwayah, yakni para tokoh atau ulama yang banyak meriwayatkan hadis.Para ahli hadis telah mengurutkan kelompok ini mulai dari rawi yang paling banyak meriwayatkannya, yaitu AbuHurairah (5.347 buah hadis), Abdullah ibn Umar (2.630 buah hadis), Anas ibn Malik (2.286 buah hadis), Siti ‘Aisyah (2.210 buah hadis), Abdullah ibn Abbas (1.660 buah), Jabir ibn Abdillah (1.540 buah) dan Abu sa’id Al-Khudri (1.170 buah).



[1] Endang soetari. Ibnu Hadis: Kajian Riwayah dan Dirayah. Bandung: Mimbar Pustak.2005. hlm. 281
[2] M.M. Azami.Studies in Hadith Methodology and Literature. Terj. Meth Kieraha.Jakarta: Penerbit Lentera. 2003. Hlm. 143- 144.
[3] Soetari. Hlm. 301.
[4] Azami. Op.cit.hlm. 149 - 150
[5] Soetari. Op.cit.hlm.313.
[6] Azami. Op.cit.hlm.168
[7] Sohari sahrani , ulumul hadits .(bogor ,2010) hal. 225
[8] https://ruruls4y.wordpress.com/2012/03/14/biografi-singkat-ulama-hadits/

[9] Sohari Sahrani, ulumul hadits .(bogor ,2010) hal. 215 - 224
[10] Sohari Sahrani, ulumul hadits .(bogor ,2010) hal. 232 - 233

Tidak ada komentar:

Posting Komentar