MAKALAH
HADITS
“BIOGRAFI
SINGKAT PARA IMAM PENGHIMPUN HADITS”
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam mempelajari hadits kita
tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu yang berkenaan dengan hadits saja, tetapi
kita juga perlu mempelajari tokoh-tokoh yang telah berjasa besar dalam
memelihara dan menyebarluaskan hadits-hadits Nabi yang merupakan sumber ajaran
Islam setelah Al-Qur’an. Berkat jasa merekalah hadits-hadits Nabi saw sampai di
tangan kita. Para ulama hadits, adalah tokoh-tokoh agama yang menempati posisi
khusus dalam umat ini.
Kedudukan mereka di mata umat
begitu mulia dan agung, mengingat jasa dan peranan mereka yang begitu besar
dalam menjaga kemurnian syariat Islam.Inilah keistimewaan ulama hadits
dibandingkan ulama dari disiplin ilmu lainnya. Merekalah para pembawa panji
sunnah Nabi, yang merupakan sumber ilmu kedua setelah Alquran. Sunnah
Rasulullah merupakan muara yang padanya setiap cabang ilmu agama akan kembali.
Tidak ada satu ulama pun dari berbagai disiplin ilmu agama, yang tidak
membutuhkan penjelasan mereka tentang sunnah Rasulullah.
Dalam gambaran biografi tersebut
secara garis besar dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar. Pertama, para sahabat yang mendapat
predikat Al-Mukatsirun fi Al-Riwayah, yakni
para tokoh atau ulama yang banyak meriwayatkan hadis.Para ahli hadis telah
mengurutkan kelompok ini mulai dari rawi yang paling banyak meriwayatkannya,
yaitu AbuHurairah (5.347 buah hadis), Abdullah ibn Umar (2.630 buah hadis),
Anas ibn Malik (2.286 buah hadis), Siti ‘Aisyah (2.210 buah hadis), Abdullah
ibn Abbas (1.660 buah), Jabir ibn Abdillah (1.540 buah) dan Abu sa’id Al-Khudri
(1.170 buah).
Sementara kelompok kedua adalah
kelompok para ulama hadist yang berhasil mentadwin hadist, yaitu mengumpulkan,
membukukan hadist. Mereka adalah Umar ibn Abd Al-Aziz, Muhammad ibn Abu Bakr
ibn Hazm,
Muhammad ibn Syihab Al-Zuhri,
Al-Ramahurmuzi, Imam Al-Bukhari,Imam Muslim, Imam Al-Nasa’i, Imam Abu Daud,
Imam Al-Tirmidzi,dan Ibnu Majah.
B.
Tujuan:
1. untuk mengetahui para tokoh-tokoh ulama hadist.
2. untuk mengetahui biografi singkat para ulama hadist.
3. untuk mengetahui nama – nama kitab yang dikarang oleh para imam – imam.
C.
Manfaat:
Manfaat disusunnya makalah ini adalah sebagai
1.
Dapat menambah wawasan mengenai materi study
hadist.
2.
Dapat mengetahui dan memahami
biografi
singkat para ulama hadist.
3.
Dapat mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan
biografi singkat tokoh-tokoh ulama hadist.
4.
Dapat digunakan untuk
materi tambahan dalam pembelajaran study hadist.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
BIOGRAFI
SINGKAT PARA IMAM PENGHIMPUNAN HADIS
1.
Imam
Malik Bin Anas (94-179 H)
Nama
lengkapnya adalah Abu ‘Amr bin Haris bin Gaiman bin Kutail bin ‘Amr bin Harits
Al – Ashbahi. Terkenal juga dengan dengan sebutan Imam Dar Al –Hijrah. [1]Ia
lahir pada tahun tahun 94 H /712M di
kota Madinah daerah Hijaz. Dari riwayat ini,ia adalah keturunan Arab dari dusun
Dzu Ashbah, sebuah dusun di kota Hamyar.
Semenjak
kanak – kanak, ia terdidik dalam suasana lingkungan yang kondusif dan
mendukung.Hidup di tengah – tengan sahabat yang cerdik dan para hukum agama, sebagai anak yang cerdas cepat menerima
pelajaran yang kuat dalam berpikir dan memiliki daya kritis yang tinggi.
Pada
saat tumbuh dewasa, ia mengayuhkan langkahnya ke kota Madinah, guna menimba
ilmu pengetahuan.Tampaknya ia yakin bahwa sudah cukup baginya kotaMadinah
sebagai pusat menimba ilmu. Oleh karena itulah, ajaran islam lahir yang
kemudian diikuti oleh para sahabatnya dan tabiin.
Kesungguhannya
dalam menekuni agama islam telah menjadikan Imam Malik sebagai seorang panutan
di bidang fiqih dan hadis.Bahkan,dalam bidang fiqih, ia dikenal sebagai pendiri
salah satu mazhab fiqih,yaitu Mazhab Maliki.
Sebagai
sosok ulama besar yang memiliki pengaruh sangat luas,Imam Malik memiliki budi
pekerti yang luhur,sopan santun,lemah lembut,mengasihi fakir miskin, dan gemar
memberikan bantuan kepada orang lain.
Mengenal
sikap pribadi dan kepandaian Imam Malik, beberapa tokoh terutama oleh An-Nasa’I
mengatakan bahwa, ”Pada sisiku tidak ada orang lebih pandai dari Malik.Dia
orang yang mulia yang dapat dipercaya serta paling jujur.”Bahkan ,Imam Syafi’I
mengatakan bahwa Malik adalah hujjatullah
atas makhluk-Nya sesudah tabiin.
Setelah
60 tahun mencurahkan tenaga, harta benda, dan pikirannya kepada khalayak ramai
tentang ilmu Islam , pada hari Ahad tanggal 10 Rabiul Awwal 179 H/798 M, Imam
Malik kembali ke rahmatullah dengan
tenang,dalam usia 87 tahun.
Kita
Al-Muwaththa’ merupakan karya monumental Imam Malik dalam bidang hadis.Karena
itu, kitab ini memiliki lebih dari 80 versi.Lima belas di antaranya lebih terkenal, dan kini hanya tinggal versi
Yahya yang bias diperoleh dalam bentuk orisinal,lengkap,dan tercetak.Versi ini
berisi hadis nabi,atsar sahabat,dan atsar ulama kemudian.Jumlah total hadis
yang terdapat dalam kitab Al-Muwaththa
‘ adalah 1.726,yang terdiri dari 600 hadis marfu’,
613 hadis mauquf , 285 hadis maqtu, dan 28 hadis mursal.
Selain
Al-Muwaththa’, Imam malik juga banyak
menghasilkan karya –karya lainnyak, di antaranya Risalah ila Ibnu Wahb fi Al-Qadr, Kitab An- Nujum, Risalah fi Al-
Aqdhiyah, Tafsir Gharib Al –Qur’an,Risalah ila Al-Laits bin sa’d, Risalah ila
Abu Ghassan, KitabAl-Siyar, Kitab Al- Manasik.
Nasib
kebanyakan kitab ini tidak diketahui. Namun, Imam Malik termashyurkarena mazhab
pemikirannya, kepribadiannya, keulamaan, dan kitab Al- Muwaththa-nya.[2]
2.
Ahmad
bin Mihammad bin Hanbal (164 – 214)
Imam
ahmad, (nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hilal bin
Asad Asy- Syaibani Al – Marwazi, dikenal juga sebagai Imam Hambali) lahir di
Marw (saat ini bernama Mary di Turkmenistan,utara Afganistan dan utara Iran)
pada tanggal 20 rabi’ul awal 164 H / 781 M dan wafat pada tahun 241 H di kota
Baghdad, Irak.
Imam
Ahmad bin Hanbal telah menyusun sebuah Musnad, yang di dalamnya terdapat hadis
– hadis yang tidak ditemukan oleh orang
lain. Musnad Ahmad bin Hanbal ini terdiri dari 6 jilid yang memuat tidak kurang
dari 30.000 – 40.000 hadis yang telah ia seleksi dari 75.000 hadis.[3]
Selain
Al – Musnad, Imam Ahmad juga menulis banyak kitab, di antaranya At- Tafsir,An- Nasikh wa Al- Mansukh , At
–tarikh, Hadits Syu’bah, Al- muqaddam wa Al – Mu’akkhar fi Al –Qur’an, fawabah
Al- Qur’an, Al – Manasik Al- Kabir, Al – Manasik Ash – Shaghir, Al-‘Ilal, Al –
Manasik, Az-Zuhd, Al – Imam, Al – Asyribah, Al – Fadha’il, Tha’ah Ar – Rasul,
Al-Fara’idh, Ar- Radd ala Al – Fahmiyyah.[4]
3.
Imam
an- nasa’i
Nama
lengkapnya adalah abu abdurahman ahmad ibn Syu’aib bin ‘Ali ibn Abi Bakar ibn
Sinan An – Nasa’i. Ia terkenal terkenal dengan nama An- nasi’I karena
dinisbatkan dengan kota Nasa’I, salah satu kota di Khurasan. Ia dilahirkan pada
tahun 215 H demikian menurut Adz –Dzahabi, dan meninggal dunia pada hari senin
tanggal 13 Shafar 303 H di Palestina, kemudian dikuburkan di Biatul Maqdis.[5]
Para
gurunya yang nama harumnya tercatat oleh pena sejarah, antara lain Qutaibah bin
Sa’id, ishaq bin Ibrahim, Ishak bin Rahawiah, Al – Harits bin Miskin, Ali bin
Kasyram, Imam Abu Dawud (penyusun sunan
Abi Daud), dan Imam Abu Isa At – Tirmizi (penyusun Al- jami’ atau sunan at
–Tirmidzi).
Karangan
– karangan imam An – Nasa’i yang sampai kepada kita dan telah diabadikan oleh
pena sejarah antara lain As- Sunan Al – kubra, As- Sunan Al – Sughra (kitab ini
merupakan bentuk perampingan dari kitab As
– Sunan Al – kurba), Al- khashais, Fadhail Ash- Shahabah, dan al – Manasik.
Manurut sebuah keterangan yang diberikan oleh Imam Ibnu Al – Atsir Al – Jazairi
dalam kitabnya jami Al- Ushul, kitab
ini disusun berdasarkan pandangan –
pandangan fiqh mazhab Syaf’i.
Untuk
pertama kali, sebelum disebut dengan Sunan
An – Nasa’I, kitab ini dikenal dengan As-
Sunan Al – Kubra. Setelah tuntas menulis kitab ini, ia kemudian
menghadiahkan kitab ini kepada Amir Ramlah (Walikota Ramlah) sebagai tanda
penghormatan. Amir kemudian bertanya kepada An – Nasa’I, “Apakah kitab ini
seluruhnya berisi hadis sahih ?’ ia menjawab dengan kejujuran,” Ada yang sahih,
hasan, dan adapula yang hamper serupa dengannya.”
Amir
berkata kembali, “kalau demikian halnya, pisahkanlah hadis yang sahih – sahih
saja.”Atas permintaan Amir ini, An – Nasa’I kemudian menyeleksi dengan ketat
semua hadis yang telah tertuang dalam kitab As-
Sunan Al – kubra. Akhinya,ia berhasil melakukan perampingan terhadap As –
Sunan Al – Kubra sehingga menjadi As – Sunan Al – Sughra. Dari segi penamaan
saja, sudah bisa dinilai bahwa kitab
yang kedua merupakan bentuk perampingan dari kitab pertama.
Imam
An –Nasa’I sangat teliti dalam
menyeleksi hadis – hadis yang termuat
dalam kitab pertama. Oleh karena itu, benyak ulama berkomentar, “ Kedudukan
kitab As –Sunan Al – Sughra di bawah derajt
Shahih Al – Bukhari dan Shahih Muslim. Fi dua kitab terakhir, sedikit sekali hadis dhaif yang terdapat didalamnya.” Karena hadis –
hadis yang termuat dalam kitab kedua (As
–Sunan Al – Sughra) merupakan hadis – hadis pilihan yang telah diseleksi
dengan ketat, kitab ini juga dinamakan Al
–Mujtaba . pengertian Al –Mujtaba
. bersinonim dengan Al - Maukhtar (yang terpilih) karena memang kitab ini
berisi hadis – hadis pilihan hasil seleksi dari kitab As – Sunan Al – kubra.
4.
Abu
dawud ( 202 – 275 H)
Nama
lengkap Abu Dawud adalah Abu Dawud Sulaiman bin Al – Asy’ats bin ishaq bin
Basyir bin Amar bin ‘Amran al – Azdi As – Sijistani.
Abu
daud adalah seorang perawi hadis yang mengumpulkan sekitar 50.000 hadis lalu
memilih dan menuliskan 4.800, di antaranya dalam kitab Sunan Abu Dawud . Untuk mengumpulkan hadis, ia bepergian ke Saudi
Arabia, Irak, Khurasan, Mesir, Nishabur, Marv, dan tempat – tempat lain,
menjadikannya sebagai salah seorang ulama’ yang paling luas perjalanannya.
Imam
Abu Dawud menyusun kitabnya di Baghdad. Minat utamanya adalah syariat, jadi
kumpulan hadisnya berfokus murni pada hadis tentang syari’at. Setiap hadis
dalam kumpulannya diperiksa kesesuaiannya dengan Al – Qur’an, begitu pula
sanadnya. Dia pernah memperlihatkan kitab tersebut kepada imam ahmad untuk
meminta saran perbaikan.[6]
Kitab
Sunan Abu Dawud diakui oleh mayoritas
dunia muslim sebagai salah satu kitab hadis yang paling otentik. Namun,
diketahui bagwa kitab ini mengandung beberapa hadis lemah ( yang sebagian
ditandai oleh imam Abu Dawud dan sebagian tidak).
Imam
abu dawud adalah imam dari imam – imam ahlusunnah wal jamaah yang hidup di
bashrah, kota berkembangnya kelompok Qadariyah dan pemikiran Khawarij,
Mu/tazilah,Syi’ah Rafidhah, Jahmiyah, serta lain – lainnya. Walaupun demikian,
ia tetap dalam keistiqamahan di atas sunnah dan membantutah Qadariyah dengan
kitabnya Al – Qadar. Demikian pula, bantahannya atas Khawarij dalam kitabnya
Akhbar Al khawarij dan membantah pemahaman yang menyimpang dari kemurnian
ajaran islam yang telah disampaikan oleh Rasulullah. Tentang hal itu bias
dilihat pada kitabnya As – sunan yang di dalamnya terdapat bantahan –
bantahannya terhadap Jamiyah,Murji’ah, dan
Mu’tazilah.
5. Abu Sa’id Al-Khudri (12 Seb. H-74 H)
Dia adalah Sa’ad ibn Malik ibn
Sinan ibn ‘Ubaidibn Tsa’labah ibn ‘Ubaid ibn al-Abjar, yaitu Khudrah ibn ‘Auf
Ibn al-Harits ibn al-Kharraj al-Anshari. Pada usia 13 tahun, dia dibawa serta
oleh ayahnya menghadap Rasul saw. agar diizinkan untuk turut dalam peperangan
Uhud, tetapi rasulullah saw. menganggapnya masih terlalu muda untuk berperang
waktu itu, dan selanjutnya beliau menyarankan untuk dibawa pulang kembali.
Dalam peperangan berikutnya , dia telah dibenarkan untuk berpartisipasi
sehingga selama hidupnya dia telah mengikuti sejumlah 12 kali peperangan.[7]
Selain langsung dari
Rasulullah saw., Abu Sa’id al-Khuduri
mendapatkan hadis melalui ayahnya, yaitu Malik ibn Sinan, dari saudara
seibunya, yakni Qatadah ibn Nu’man, dari Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, Zaid
ibn Tsabit, Abu Qatadah al-Anshari, ‘Abd Allah ibn Salam, Ibn ‘Abbas, Abu Musa
al-Asy’ari, Mu’awiyyah, Jabir ibn ‘Abd Allah, dan lain-lain. Hadis-hadis
koleksi Abu Sa’id selanjutnya diriwayatkan oleh anaknya, ‘Abd al-Rahman,
istrinya, yakni Zainab binti Ka’ab ibn ‘Ajrah, Ibn ‘Abbas, Ibn ‘Umar, Jabir,
Zaid ibn Tsabit, Abu ‘Umamah ibn Sahal, Ibn Musyayab, Tharib ibn Syihab, dan
lain-lain.
Dari 1170 hadis yang
merupakan koleksi Abu Sa’id al-Khuduri, sejumlah 111 hadis diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim, 43 hadis disepakati oleh keduanya, 16 hadis diriwayatkan
oleh Bukhari saja, dan 52 hadis diriwayatkan oleh Muslim saja. Hadis-hadisnya
yang lain dijumpai di dalam Al-Kutub al-Sittah.Abu Sa’id al-Khuduri
meninggal dunia pada tahun 74 H di Madinah, dalam usia 86 tahun.
6. Imam At-Tirmidzi
Nama
lengkap Imam al-Tirmidzi adalah : Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa
bin al-Dlahak al-Sulami al-Bughi al-Tirmidzi, ada dua nama nasab bagi Imam
al-Tirmidzi. Para sejarawan tidak menyebutkan dengan pasti kapan al-Imam
al-Tirmidzi lahir tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa al-imam lahir pada
tahun 207 H, mendekati tahun 120 H. Para ulama juga berbeda pendapat apakah
al-Imam terlahir dalam keadaan tunanetra ataukah bisa melihat ?, Dr.Nuruddin
dengan mengutif pernyataan dari
al-Dzahaby, Ibn Katsir, dan Ibn Hajar, mengungkapkan bahwa mereka cenderung
mengemukakan alas an sebagai berikut :
1.
Ulama ahli hadis
meriwayatkan, bahwa al-Imam al-Tirmidzi pernah mendatangi seorang ulama dengan
tujuan meneliti beberapa hadis yang diterimanya melalui perantara, ternyata
hadis (yang dihafal dan ditulisnya) itu banyak terdapat perbedaan, setelah
memperbaharuinya al-Imam menjadikan hadis tersebut sebagai hujjah.
2.
Hafizh bin ‘Alak
(w. 325 H), ia termasuk ulama yang mengetahui dari sumber pertama bahwa al-Imam
al-Tiemidzi terlahir dalam keadaan bisa melihat, hanya pada akhir hayatnya
karena mengalami sakit mata yang tidak bisa disembuhkan beliau mengalami
kebutaan hingga masa wafatnya.
Al-Imam
al-Tirmidzi terkenal dengan sebutan Abu Isa yang ternyata san tebagian ulama
tidak menyenangi sebutan tersebut, karena ada hadis yang dikeluarkan oleh Ibn
Abi Syaibah bahwa seorang pria tidak dibenarkan menggunakan sebutan atau nama
Abu ‘Isa yang berarti ayah dari ‘Isa, seperti yang diketahui bahwa Isa tidak
punnya ayah.
Al-Imam
al-Tirmidzi adalah orang yang cinta ilmu, maka beliau sangat tekun dalam
mencarinya, beliau banyak belajar dari ulama-ulama di negerinya, kemudian
beliau juga menimba ilmu ke negeri lainnya seperti : Khurasan, Iraq, Hijaz,
dalam sejarahnya Imam al-Tirmidzi belum pernah pergi ke Mesir dan Syam, beliau
menerima riwayat hadis dari ulama-ulama negeri tersebut dengan perantara, dan
beliau juga belum pergi ke Baghdad, karena situasi dan kondisi yang kacau
dinegeri tersebut sehingga al-Imam al-Tirmidzi tidak dapat mendengar langsung
hadis dari Imam Ahmad Ibn Hambal, bahkan al-Khatib al-Baghdady tidak
mencantumkan al-Imam al-Tirmidzi dalam bukunya “Tarikh Bagdad”
Mengenai
tahun wafatnya, para ulama mengatakan bahwa beliau meninggal pada hari Senin
malam 13 Rajab 279 H. pada usia 70 tahun.
Guru-guru Imam Al-Tirmidzi
Kebanyakan
para ulama mengatakan bahwa diantara guru-guru al-Imam al-Tirmidzi adalah juga
merupakan guru dari Imam al-Bukhori dan Imam Muslim. Mengenai nama-nama prawi
yang menjadi sumber periwayatan al-Imam al-Tirmidzi ada yang langsung dan ada
yang tidak langsung (dengan melalui perantara).
Nama-nama
Rawi yang diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi
a.
Muhammad bin Amr
al-Sawaqy, AbuAbdillah al-Balkhi, terkenal dengan julukan al-Sha’iqah (w. 238
H) meriwayatkan darinya al-Bukhori, Abu Dawud, al-Nasai, al-Tirmidzi, dan yang
lainnya.
b.
Mahmud bin
Gaylan al ‘Adawy, Abu Ahmad al-Marwazy, Nazil Baghdad (w. 239 H) meriwayatkan
darinya al-Jama’ah kecuali Abu Daud, Abu Hatim, dan yang lainnya.
c.
Qutaibah bin
Sa’id bin Jamil bin Thariq bin Abdillah al-Tsaqahi dikatakan namanya adalah
Yahya sedang Qutaibah adalah julukannya (w.249 H) meriwayatkan darinya :
Al-Jama’ah selain Ibn Majah, Ibn Majah meriwayatkan dari beliau melalui
perantara Ahmad bin Hambal.
d.
Aly bin Hajar
bin Iyas al-Sa’dy al-Marwazy (w. 244 H) meriwayatkan darinya Bukhori, Muslim,
al-Tirmidzi, an-Nasa’I, dan yang lainnya.
e.
Abdullah bin
Ma’anal Khumaikhi, Bashrah (w. 143 H).
f.
Ahmad bin Muni’
ibn Abdurrahman al-Baghawy, Abu Ja’far, Baghdad (w. 244 H) meriwayatkan darinya
al-Jama’ah kecuali al-Bukhori dengan perantara.
g.
Amar bin Aly ibn
Bahr ibn Khunaiz al-Bahily, Abu Hafs al-Bashry al-Sharfy al-Falasy (w. 249 H),
meriwayatkan dari beliau al-Jama’ah.
h.
Muhammad bin
‘Abban al-Mustamily, Balkh (w. 244 H).
i.
Hanad bin
al-Siry binMush’ab bin Abi Bakr, Abu al-Siry al-Kufy (w. 243 H), meriwayatkan
darinya al-Bukhori dan yang lainnya.
j.
Nashr bin Aly
bin Nashr bin Aly al-Shahbany al-Azady al-Jahdlamy (w. 250 H), meriwayatkan
darinya al-Jama’ah.
k.
Muhammad bin
Abdurrahim binAbi Zuhair al-Baghdadi terkenal dengan julukan al-Sha’iqah (w.
255 H), meriwayatkan drinya al-Bukhori, Abu Daud, al-Tirmidzi, al- Nasa’I dan
yang lainnya.
l.
Muhammad bin
Ismail al-Bukhori (w. 256 H), meriwayatkan darinya al-Tirmidzi dalam kitab
al-Jami’ dan Muslim tidak dalam kitab Jami’nya dan meriwayatkan pula darinya
al-Nasa’I dan yang lainnya.
m.
Muhammad bin
Ismail bin Yusuf al-Sulamy, Abu Ismail al-Tirmidzi (w. 280 H) meriwayatkan
darinya al-Tirmidzi, al-Nasa’I, Ibn Abi Dunya, dan yang lainnya.
n.
Muslim bin Hijaz
bin Muslim al-Qusyairi, Abu al-Hasan al-Naisaburi (w. 261 H) meriwayatkan
darinya al-Tirmidzi.
v Kitab al-Jami’ al-Tirmidzi
1. Penamaan Kitab
Dalam bukunya “Tahqiq
Ismat Al-Shahihaini wa isna al-Jami’ al-Tirmidzi” Abdul Fathah Abu Ghaddah
menerangkan bahwa nama asli yang diberikan Imam al-Tirmidzi terhadap bukunya
adalah “al-Jami’ al-Mukhtashar Min al-Sunan ‘An Rasulullah SAW Wa Ma’rifat
al-Shahih wa al-Ma’lul wama ‘Alahi al Amal” dan menyebutkan bahwa beberapa
ulama berpendapat sama tentang penamaan al-Imam dengan nama tersebut. Tetapi
nama tersebut tidak begitu terkenal dan tidak banyak dipakai oleh para ulama
dalam menamakan kitab al-Imam ini karena nama yang terkenal bagi kitab ini
adalah.
a)
Shahih
al-Tirmidzi : sebagaimana nama yang disebutkan oleh al-Suyuthi dari al-Khatib
al-Baghdadi.
b)
Al-Jami’
Al-Shahih : Nama yang disebutkan oleh al-Hakim,, karena terdapat didalamnya
hadis shahih, hasan dan dlaif, karenanya penamaan kitab al-Imam dengan Shahih
al-Tirmidzi merupakan al-Jami’ al-Shahih boleh saja.
c)
Al-Jami’
al-Kabir sebagaimana yang disebutkan oleh al-Katani dalam bukunya al-Risalah
al-Mustatrifah, tetapi nama ini jarang digunakan.
d)
Al-Sunan ; nama
yang terkenal untuk kitab ini dan dinisbatkan kepada penulisnya hingga menjadi “al-Sunan
al-Tirmidzi” dinamai sunan karena kitab ini mencakup hadis ahkam dan
disusun berdasarkan bab-bab fiqih.
e)
Al-Jami :
terkenal juga dengan nama al-Jami yang dinisbatkan kepada penulisnya sehingga
menjadi “al-Jami’ al-Tirmidzi” , adapun alas an penamaan dengan nama
al-Jami’ karena kitab ini mencakup seni hadis yang delapan yaitu tentang
tafsir, Ahkam, Sirah (Sejarah), Fitan (fitnah dan malapetaka), Aqaid, Riqaq,
Adab dan Manaqib (biografi sahabat dantabi’in).
7. Imam Ibnu
Majah
Ibn Majah adalah seorang kepercayaan yang besar, yang disepakati tentang
kejujurannya, dapat dijadikan argumentasi pendapat-pendapatnya. Ia mempunyai
pengetahuan luas dan banyak menghafal hadith.
Imam Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi’i al-Qarwini, pengarang
kitab As-Sunan dan kitab-kitab bemanfaat lainnya. Kata “Majah” dalam nama
beliau adalah dengan huruf “ha” yang dibaca sukun; inilah pendapat yang shahih
yang dipakai oleh mayoritas ulama, bukan dengan “ta” (majat) sebagaimana
pendapat sementara orang. Kata itu adalah gelar ayah Muhammad, bukan gelar
kakeknya, seperti diterangkan penulis Qamus jilid 9, hal. 208. Ibn Katsr dalam
Al-Bidayah wan-Nibayah, jilid 11, hal. 52.
Imam Ibn Majah dilahirkan di Qaswin pada tahun 209 H, dan wafat pada
tanggal 22 Ramadhan 273 H. Jenazahnya dishalatkan oleh saudaranya, Abu Bakar.
Sedangkan pemakamannya dilakukan oleh kedua saudaranya, Abu Bakar dan Abdullah
serta putranya, Abdullah.
a.
Pengembaraan Imam Ibnu Majah
Ia berkembang dan meningkat dewasa sebagai
orang yang cinta mempelajari ilmu dan pengetahuan, teristimewa mengenai hadith
dan periwayatannya. Untuk mencapai usahanya dalam mencari dan mengumpulkan
hadith, ia telah melakukan lawatan dan berkeliling di beberapa negeri. Ia
melawat ke Irak, Hijaz, Syam, Mesir, Kufah, Basrah dan negara-negara serta
kota-kota lainnya, untuk menemui dan berguru hadith kepada ulama-ulama hadith.
Juga ia belajar kepada murid-murid Malik dan al-Lais, rahimahullah, sehingga ia
menjadi salah seorang imam terkemuka pada masanya di dalam bidang ilmu nabawi
yang mulia ini.
b.
Aktifitas Periwayatan Ibnu Majah
Ia belajar dan meriwayatkan hadith dari Abu Bakar bin Abi Syaibah,
Muhammad bin Abdullah bin Numair, Hisyam bin ‘Ammar, Muhammad bin Ramh, Ahmad
bin al-Azhar, Bisyr bin Adan dan ulama-ulama besar lain. Sedangkan
hadith-hadithnya diriwayatkan oleh Muhammad bin ‘Isa al-Abhari, Abul Hasan
al-Qattan, Sulaiman bin Yazid al-Qazwini, Ibn Sibawaih, Ishak bin Muhammad dan
ulama-ulama lainnya.
c.
Penghargaan Para Ulama Kepada Imam
Ibnu Majah
Abu Ya’la al-Khalili al-Qazwini berkata: “Ibn Majah
adalah seorang kepercayaan yang besar, yang disepakati tentang kejujurannya,
dapat dijadikan argumentasi pendapat-pendapatnya. Ia mempunyai pengetahuan luas
dan banyak menghafal hadith.”
Zahabi dalam Tazkiratul Huffaz, melukiskannya
sebagai seorang ahli hadith besarm mufasir, pengarang kitab sunan dan tafsir,
serta ahli hadith kenamaan negerinya. Ibn Kasir, seorang ahli hadith dan
kritikus hadith berkata dalam Bidayah-nya: “Muhammad bin Yazid (Ibn Majah) adalah
pengarang kitab sunan yang masyhur. Kitabnya itu merupakan bukti atas amal dan
ilmunya, keluasan pengetahuan dan pandangannya, serta kredibilitas dan
loyalitasnya kepada hadith dan usul dan furu’.”
d.
Karya-Karya Imam Ibnu Majah
1. Imam Ibn
Majah mempunyai banyak karya tulis, di antaranya:
·
Kitab As-Sunan, yang merupakan
salah satu Kutubus Sittah (Enam Kitab Hadith yang Pokok).
·
Kitab Tafsir Al-Qur’an, sebuah
kitab tafsir yang besar manfatnya seperti diterangkan Ibn Kasir.
·
Kitab Tarikh, berisi sejarah sejak
masa sahabat sampai masa Ibn Majah.
2. Sekilas
Tentang Sunan Ibnu Majah
Kitab ini adalah salah satu kitab karya Imam Ibn Majah terbesar yang
masih beredar hingga sekarang. Dengan kitab inilah, nama Ibn Majah menjadi
terkenal. Ia menyusun sunan ini menjadi beberapa kitab dan beberapa bab. Sunan
ini terdiri dari 32 kitab, 1.500 bab. Sedan jumlah hadithnya sebanyak 4.000
buah hadith.
Kitab sunan ini disusun menurut sistematika fiqh, yang dikerjakan secara
baik dan indah. Ibn Majah memulai sunan-nya ini dengan sebuah bab tentang
mengikuti sunnah Rasulullah SAW. Dalam bab ini ia menguraikan hadith-hadith
yang menunjukkan kekuatan sunnah, kewajiban mengikuti dan mengamalkannya.
3.
Kedudukan Sunan Ibnu Majah Di
Antara Kitab-Kitab Hadits
Sebahagian ulama tidak memasukkan Sunan Ibn Majah ke
dalam kelompok “Kitab Hadith Pokok” mengingat darjat Sunan ini lebih rendah
dari kitab-kitab hadith yang lima. Sebahagian ulama yang lain menetapkan,
bahawa kitab-kitab hadith yang pokok ada enam kitab (Al-Kutubus Sittah/Enam
Kitab Hadith Pokok), yaitu:
·
Shahih Bukhari, karya Imam
Bukhari.
·
Shahih Muslim, karya Imam Muslim.
·
Sunan Abu Dawud, karya Imam Abu
Dawud.
·
Sunan Nasa’i, karya Imam Nasa’i.
·
Sunan Tirmidzi, karya Imam
Tirmidzi.
·
Sunan Ibn Majah, karya Imam Ibn Majah.
8. Imam
Bukhari
Tokoh Islam penghimpun dan penyusun hadith itu banyak, dan yang lebih
terkenal di antaranya seperti yang disebut diatas. Adapun urutan pertama yang
paling terkenal diantara enam tokoh tersebut di atas adalah Amirul-Mu’minin
fil-Hadith (pemimpin orang mukmin dalam hadith), suatu gelar ahli hadith
tertinggi. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim
ibn al-Mughirah ibn Bardizbah. Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail, terkenal
kemudian sebagai Imam Bukhari, lahir di Bukhara pada 13 Syawal 194 H (21 Juli
810 M), cucu seorang Persia bernama Bardizbah. Kakeknya, Bardizbah, adalah
pemeluk Majusi, agama kaumnya. Kemudian putranya, al-Mughirah, memeluk Islam di
bawah bimbingan al-Yaman al Ja’fi, gubernur Bukhara. Pada masa itu Wala
dinisbahkan kepadanya. Kerana itulah ia dikatakan “al-Mughirah al-Jafi.”
Mengenai kakeknya, Ibrahim, tidak terdapat data yang menjelaskan.
Sedangkan ayahnya, Ismail, seorang ulama besar ahli hadith. Ia belajar hadith
dari Hammad ibn Zayd dan Imam Malik. Riwayat hidupnya telah dipaparkan oleh Ibn
Hibban dalam kitab As-Siqat, begitu juga putranya, Imam Bukhari, membuat
biografinya dalam at-Tarikh al-Kabir.
Ayah Bukhari disamping sebagai orang berilmu, ia juga sangat wara’
(menghindari yang subhat/meragukan dan haram) dan taqwa. Diceritakan, bahawa
ketika menjelang wafatnya, ia berkata: “Dalam harta yang kumiliki tidak
terdapat sedikitpun wang yang haram maupun yang subhat.” Dengan demikian,
jelaslah bahawa Bukhari hidup dan terlahir dalam lingkungan keluarga yang
berilmu, taat beragama dan wara’. Tidak hairan jika ia lahir dan mewarisi
sifat-sifat mulia dari ayahnya itu.
Ia dilahirkan di Bukhara setelah salat Jum’at. Tak lama setelah bayi yang
baru lahr itu membuka matanya, iapun kehilangan penglihatannya. Ayahnya sangat
bersedih hati. Ibunya yang saleh menagis dan selalu berdo’a ke hadapan Tuhan,
memohon agar bayinya bisa melihat. Kemudian dalam tidurnya perempuan itu
bermimpi didatangi Nabi Ibrahim yang berkata:
“Wahai ibu, Allah telah menyembuhkan penyakit putramu dan kini ia sudah
dapat melihat kembali, semua itu berkat do’amu yang tiada henti-hentinya.”
Ketika ia terbangun, penglihatan bayinya sudah normal. Ayahnya meninggal di waktu dia masih kecil dan meninggalkan banyak harta yang memungkinkan ia hidup dalam pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Dia dirawat dan dididik oleh ibunya dengan tekun dan penuh perhatian.
Ketika ia terbangun, penglihatan bayinya sudah normal. Ayahnya meninggal di waktu dia masih kecil dan meninggalkan banyak harta yang memungkinkan ia hidup dalam pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Dia dirawat dan dididik oleh ibunya dengan tekun dan penuh perhatian.
Keunggulan dan kejeniusan Bukhari sudah nampak semenjak masih kecil.
Allah menganugerahkan kepadanya hati yang cerdas, pikiran yang tajam dan daya
hafalan yang sangat kuat, teristimewa dalam menghafal hadith. Ketika berusia 10
tahun, ia sudah banyak menghafal hadith. Pada usia 16 tahun ia bersama ibu dan
abang sulungnya mengunjungi berbagai kota suci. Kemudian ia banyak menemui para
ulama dan tokoh-tokoh negerinya untuk memperoleh dan belajar hadith, bertukar
pikiran dan berdiskusi dengan mereka. Dalam usia 16 tahun, ia sudah hafal kitab
sunan Ibn Mubarak dan Waki, juga mengetahui pendapat-pendapat ahli ra’yi
(penganut faham rasional), dasar-dasar dan mazhabnya.
a.
Pengembaraan Bukhari
Tahun 210
H, Bukhari berangkat menuju Baitullah untuk menunaikan ibadah haji, disertai
ibu dan saudaranya, Ahmad. Saudaranya yang lebih tua ini kemudian pulang
kembali ke Bukhara, sedang dia sendiri memilih Mekah sebagai tempat tinggalnya.
Mekah merupakan salah satu pusat ilmu yang penting di Hijaz. Sewaktu-waktu ia
pergi ke Madinah. Di kedua tanah suci itulah ia menulis sebahagian
karya-karyanya dan menyusun dasar-dasar kitab Al-Jami’as-Shahih dan
pendahuluannya.
Dalam
setiap perjalanannya yang melelahkan itu, Imam Bukhari senantiasa menghimpun
hadith-hadith dan ilmu pengetahuan dan mencatatnya sekaligus. Di tengah malam
yang sunyi, ia bangun dari tidurnya, menyalakan lampu dan menulis setiap
masalah yang terlintas di hatinya, setelah itu lampu di padamkan kembali.
Perbutan ini ia lakukan hampir 20 kali setiap malamnya. Ia merawi hadith dari
80.000 perawi, dan berkat ingatannya yang memang super jenius, ia dapat
menghapal hadith sebanyak itu lengkap dengan sumbernya.
b.
Kemashuran Imam Bukhari
Kemasyhuran Imam Bukhari segera mencapai bahagian dunia Islam yang jauh,
dan ke mana pun ia pergi selalu di alu-alukan. Masyarakat hairan dan kagum akan
ingatannya yang luar biasa. Pada tahun 250 H. Imam Bukhari mengunjungi
Naisabur. Kedatangannya disambut gembira oleh para penduduk, juga oleh gurunya,
az-Zihli dan para ulama lainnya.[8]
Imam Muslim bin al-Hajjaj, pengarang kitab as-Shahih Muslim menceritakan:
“Ketika Muhammad bin Ismail datang ke Naisabur, aku tidak pernah melihat
seorang kepala daerah, para ulama dan penduduk Naisabur memberikan sambutan
seperti apa yang mereka berikan kepadanya.” Mereka menyambut kedatangannya dari
luar kota sejauh dua atau tiga marhalah (± 100 km), sampai-sampai Muhammad bin
Yahya az-Zihli berkata: “Barang siapa hendak menyambut kedatangan Muhammad bin
Ismail besok pagi, lakukanlah, sebab aku sendiri akan ikut menyambutnya. Esok
paginya Muhammad bin Yahya az-Zihli, sebahagian ulama dan penduduk Naisabur
menyongsong kedatangan Imam Bukhari, ia pun lalu memasuki negeri itu dan
menetap di daerah perkampungan orang-orang Bukhara. Selama menetap di negeri
itu, ia mengajarkan hadith secara tetap. Sementara itu, az-zihli pun berpesan
kepada para penduduk agar menghadiri dan mengikuti pengajian yang diberikannya.
Ia berkata: “Pergilah kalian kepada orang alim yang saleh itu, ikuti dan
dengarkan pengajiannya.”
B. BIOGRAfI TENTANG
PARA ULAMA’ HADIS DAN SAHABAT – SAHABATNYA
1. Ahli
hadis dari kalangan sahabat
a.
Abu hurairah
Dari segi nama, banyak sekali yang
dinisbatkan pada seorang laki – laki asal yaman, bahwa pernyatan yang benar
menganai nama abu hurairah baik ketika ia mesah menyembah berhala maupun
sesudah masuk islam, kebanyakan yang di angap dapat di percayai adalah abd Ar –
rahman ibn shakar dan umair ibnu amir, lazimnya ia dikenal dengan kuniayahnya,
yaitu abu hurairah.
Abu hurairah secara harifah berarti
penyayang anak kucing, nama lengkapnya adalah Abd Ar-rahman ibn shakar Ad-dausi
Al yamin. abu hurairah masuk islam saat
mendengar dakwah dari teman sekampungnya yaitu thufail ibn amr ad- dausi, yang
pernah datang untuk menemui nabi muhammad s.a.w dengan telenga disumbat dengan
kapas agar tidak mendengar ayat – ayat al – quraan, namun ayat – ayat tersebut
menembus ketelinganya sampai masuk kedalam hati nuranai thufail, dan kemudian
thufail masuk islam yang ikhlas dan patuh.
Abu hurairah berhijrah ke madinah
pada malam terjadinya perang khubair ( 7 H / 629 M ), abu hurairah solat subuh
pertama kali di madinah, dan pertama kali bermakmum, sejak tahun itu abu
hurairah tidak pernah berpisah dengan rasullullah siang maupun malam.
Abu hurairah selaa tiga tahun,
yaitu hingga wafat rasulullah S.A.W beliao mencurahkan segala kesempatan untuk
menerima hadis- hadis yan diucapkan rasulullah S.A.W. selama di sana abu
hurairah tinggal di serambi masjid yang deket dengan rumah rasulullah S.A.W.
dan dikenal dengan sebutan sahabat’ashhabu al-suffah’ mengenai kehidupan
abu hurairah muhammad khalid
menceritakan:
Aku dibesarkan dalam keadan yatim
dan pergi hijrah dalam keadaan miskin.... aku menerima upah sebagai pembantu
pada keluarga busroh binti ghazwan untuk mengisi perutku, akulah yang melayani
keluarga itu bila mereka menetap dan menuntun binatang tungganganya bila sedang
bepergaian, sekarang inilah aku, allah telah menikahkanku dengan putri buzrah
maka segala puji allah yang telah menjanjikan agama ini tian penegak.[9]
Abu hurairah terkenal sebagai orang
yang tekun beribadah dan penghafal al –quraan dan terampil, menghafal dan kuat
ingatannya.
Abu hurairah menetap dimadinah
sebagai seorang ahli ibadah dan seorang mujahid. Kemudian pada zaman ummar bin
khatab, ia diangkat sebagai gubenur dikota bahrain.
Selepas menjabat jadi gubenur di
bahrain, ia lebih suka menetap di madinah menghabiskan sisa umurnya. Semasa
kekuasaan marwan ibn hakam, ia jugak membantu beberapa urusan negara, kemudian
marwan mengangkatnya sebagai wakil gubnur di madinah.
Abu hurairah wafat pada thn 59
hijriyah dalam usia 78 tahun, ada pula yang mengatakan ia wafat pada thn 58 dan
57 hijriyah.
a.
Jabir ibn’ abd
allah ( 16 seb H- 78 H )
Namanya adalah jabir ibn’Abd allah
ibn amr haram ibn tsa’labahb al khazraji al- salami. Jabir adalah seorang fakih
dan mufti pada masanya. Ayahnya gugur dalam peperangan uhud dan meninggalkan
warganya yang membutuhkan nafkah beserta utang. Rasulullah saw. Mengobati rasa
dukanya, menyantuninya dengan rasa kasih sayang dan memeliharanya sampai
utangnya terbayar.
Meskipun hidup dalam kesempitan,
hal tersebut tidak menghalangi jabir untuk menuntut dan mencari ilmu
pengetahuan. Oleh karenanya, selain dari rasul saw. Jabir juga memperoleh hadis
dari para sahabat, seperti abu bakar, umar, ali abu, ubaidah dan para sahabat
lainnya.
Dari1540 hadis yang diriwayatkan
oleh jabir, sejumlah, 212hadis diriwayatkan oleh bukharidan muslim, 26 hadis
oleh bukhori saja, dan 126 hadis oleh muslim saja, sanad yang paling soheh dari
hadis jabir adalah melelui jalur ahli mekah, dari jalan supyan ibn’uyainah,
dari ‘amr ibn dinar, dari jabir ibn ‘ Abd Allah. Jabir meninggal dunia pada
tahun 78 H dalam usia 94 tahun, dan dia adalah sahabat trakhir meninggal dunia
di madinah. [10]
b.
Muhammad ibnu Hazm ( w. 117 H )
Nama lengkapnya adalah
abu bakar ibn muhammad ibn ‘ amr ibn hazam al – ashari al- khazraji al- najjari
al-madani al- qodhi. Ada yang menyebutkan bahwa namanya adalah abu bakar dan
kinayah- nya abu muhammad, dan bahkan ada yang mengatakan bahwa nama dan
kinayah nya adalah sama.
Tahun lahirnya tidak
diketahui dan tahun meninggalnya menurut al- hatsam, adalah tahun 117 H, dan
pendapat ini dipegang oleh ‘ ajjaj il-katibi. Sementara itu al wakidi dan ibnu
al madini berpendapat bahwa ibnu hamzan meninggal pada tahun 120 H dan pendapat
ini di ikuti oleh hasbi ash shidieqy.
Ibnu hamzan adalah
seorang ulamak besar dalam bidang hadis dan dia juga terkenal ahli dalam bidang
fiqih pada masanya. Imam malik ibn annas mengatakan, “saya tidak melihat
seorang ulamak seperti abu bakar ibn hazm, yaitu seorang yang sangat mulia dan
sempurna sifatnya dia meritah di madinah dan menjadi hakim.
Tidak ada dikalangan
kami di madinah yang menguasai ilmu Al-qadha ( mengenai pradilan ) seperti yang
dimiliki oleh ibn hazm
Sebagai seorang ulamak
besar, dia merupakan guru dari beberapa imam besar yang terkenal dalam sejarah
hadis dan fiqih. Di antara para murid- muridnya adalah al-auzai, malik,
al-laits, dan ibn ishaq.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam
mempelajari hadits kita tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu yang berkenaan dengan
hadits saja, tetapi kita juga perlu mempelajari tokoh-tokoh yang telah berjasa
besar dalam memelihara dan menyebarluaskan hadits-hadits Nabi yang merupakan
sumber ajaran Islam setelah Al-Qur’an. Berkat jasa merekalah hadits-hadits Nabi
saw sampai di tangan kita. Para ulama hadits, adalah tokoh-tokoh agama yang
menempati posisi khusus dalam umat ini.
Kedudukan
mereka di mata umat begitu mulia dan agung, mengingat jasa dan peranan mereka
yang begitu besar dalam menjaga kemurnian syariat Islam.Inilah keistimewaan
ulama hadits dibandingkan ulama dari disiplin ilmu lainnya. Merekalah para
pembawa panji sunnah Nabi, yang merupakan sumber ilmu kedua setelah Alquran.
Sunnah Rasulullah merupakan muara yang padanya setiap cabang ilmu agama akan
kembali. Tidak ada satu ulama pun dari berbagai disiplin ilmu agama, yang tidak
membutuhkan penjelasan mereka tentang sunnah Rasulullah.
Dalam gambaran
biografi tersebut secara garis besar dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar. Pertama, para sahabat yang mendapat
predikat Al-Mukatsirun fi Al-Riwayah, yakni
para tokoh atau ulama yang banyak meriwayatkan hadis.Para ahli hadis telah
mengurutkan kelompok ini mulai dari rawi yang paling banyak meriwayatkannya,
yaitu AbuHurairah (5.347 buah hadis), Abdullah ibn Umar (2.630 buah hadis),
Anas ibn Malik (2.286 buah hadis), Siti ‘Aisyah (2.210 buah hadis), Abdullah
ibn Abbas (1.660 buah), Jabir ibn Abdillah (1.540 buah) dan Abu sa’id Al-Khudri
(1.170 buah).
[1]
Endang soetari. Ibnu Hadis:
Kajian Riwayah dan Dirayah. Bandung: Mimbar Pustak.2005. hlm. 281
[2] M.M. Azami.Studies in Hadith Methodology and Literature. Terj. Meth Kieraha.Jakarta:
Penerbit Lentera. 2003. Hlm. 143- 144.
[3] Soetari. Hlm. 301.
[4] Azami. Op.cit.hlm. 149 - 150
[5] Soetari. Op.cit.hlm.313.
[6] Azami. Op.cit.hlm.168
[7] Sohari sahrani
, ulumul hadits .(bogor ,2010) hal.
225
[8]
https://ruruls4y.wordpress.com/2012/03/14/biografi-singkat-ulama-hadits/
[9]
Sohari Sahrani, ulumul hadits .(bogor
,2010) hal. 215 - 224
[10]
Sohari Sahrani, ulumul hadits .(bogor
,2010) hal. 232 - 233
Tidak ada komentar:
Posting Komentar