MAKALAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
“Pengembangan
Motivasi Dan Kreativitas Peserta Didik Dalam Pendidikan”
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap
individu memiliki kondisi internal, dimana kondisi internal tersebut turut
berperan dalam aktivitas sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut
adalah “motivasi”, dimana motivasi ini juga akan berpengaruh pada kreativitas
individu.
Motivasi merupakan dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang
yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam
dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang di dasarkan atas motivasi
tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Dan juga
semakin tinggi motivasi seseorang maka semakin kreatif dalam berkarya.
Motivasi juga dapat dikatakan sebagai
perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat
pada mau melaksanakan tugas untuk mencapai suatu tujuan, motivasi adalah
kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk
mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain,
motivasi dapat di artikan sebagai dorongan mental terhadap perorangan atau
orang-orang sebagai anggota masyarakat. Motivavsi dapat juga di artikan sebagai
proses untuk mencoba mempengaruhi orang atau orang-orang yang di pimpinnya agar
mau melakukan pekerjaan yang diinginkan, sesuai dengan tujuan tertentu yang
telah ditetapkan terlebih dahulu sehingga akan berpengaruh pula pada
kreativitas seseorang dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai
anggota masyarakat.
Manusia dalam kehidupannya dewasa ini
tidak dapat memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan
biologis, kebutuhan ekonomis maupun kebutuhan penting lainnya. Manusia dalam
memenuhi kebutuhannya, seringkali mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan
orang lain. Tanpa bantuan, orang yang bersangkutan tidak berarti sama sekali.
Oleh karena itu, manusia cenderung untuk hidup berkelompok atau berorganisasi,
sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhannya. Kecenderungan manusia untuk saling
membantu atau pemenuhan kebutuhan serta kecenderungan untuk berkelompok ini
merupakan pertanda bahwa manusia memiliki keterbatasan dan bahkan sangat
terbatas (limited). Oleh karena itu, manusia juga di tuntut untuk kreatif,
dengan memaksimalkan kekurangan tersebut agar bisa bertahan hidup. Dan hidup
seseorang juga ditentukan oleh sekreatif apa ia dalam menjalani dan mengolah
kehidupannya, untuk menjadi hidup yang baik dan berguna sehingga bisa
mendapatkan kebahagiaan dan ketentraman.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep kebutuhan dalam
memotivasi peserta didik ?
2. Apa yang dimaksud dengan motif dan motivasi
?
3. Apa saja dinamika motivasi manusia ?
4. Bagaimana cara meningkatkan motivasi
belajar peserta didik ?
5. Bagaimana cara mengukur motivasi belajar
peserta didik ?
6. Bagaiman konsep dan teori kreativitas ?
7. Apa saja karakteristik pribadi yang
kreatif ?
8. Bagaimana cara meningkatkan kreativitas
peserta didik ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep kebutuhan dalam
memotivasi peserta didik
2. Untuk mengetahui arti motif dan motivasi
3. Untuk mengetahui dinamika motivasi
manusia
4. Untuk mengetahui cara meningkatkan
motivasi belajar peserta didik
5. Untuk mengetahui cara mengukur motivasi
belajar peserta didik
6. Untuk mengetahui konsep dan teori
kreativitas
7. Untuk mengetahui karakteristik pribadi
yang kreatif
8.
Untuk
mengetahui caara meningkatkan kreativitas peserta didik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Kebutuhan Peserta Didik
Tingkah
laku individu merupakan perwujudan dari dorongan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan merupakan kodrat manusia. Dengan demikian,
dapat dipahami bahwa kegiatan sekolah pada prinsipnya juga merupakan
manifestasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu tersebut. Oleh sebab itu,
seorang guru perlu mengenal dan memahami tingkat kebutuhan peserta didiknya,
sehingga dapat membantu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka melalui
berbagai aktivitas kependidikan. Di samping itu, dengan mengenal
kebutuhan-kebutuhan peserta didik, guru dapat memberikan pelajaran setepat
mungkin, sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya.
Adapun
kebutuhan peserta didik yang perlu menedapat perhatian dari guru, diantaranya :
1. Kebutuhan jasmaniah
Kebutuhan
jasmaniah merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang bersifat instinktif dan tidak di
pengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan. Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta
didik yang perlu mendapat perhatian dari guru di sekolah antara lain: makan,
minum, pakaian, gerak-gerik jasmani dan terhindar dari berbagai ancaman.
Apabila kebutuhan jasmaniah ini tidak terpenuhi, disamping mempengaruhi
pembentukan pribadi dan perkembangan psikososial peserta didik juga akan sangat
berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di sekolah.
2. Kebutuhan akan rasa aman
Rasa
aman merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan peserta
didik, terutama rasa aman di dalam kelas dan sekolah. Setiap siswa yang datang
kesekolah sangat mendambakan suasana sekolah atau kelas yang aman, nyaman, dan
teratur, serta terhindar dari kebisingan dan berbagai situasi yang mengancam.
Hilangnya rasa aman di kalangan peserta didik juga dapat menyebabkan rusaknya
hubungan interpersonalnya dengan orang lain, membangkitkan rasa benci terhadap
orang-orang yang menjadi penyebab hilangnya rasa aman dalam dirinya. Lebih dari
itu, perasaan tidak aman juga akan mempengaruhi motivasi belajar siswa di
sekolah.
3. Kebutuhan kasih sayang
Semua
peserta didik sangat membutuhkan kasih sayng, baik dari orang tua, guru,
teman-teman sekolah dan dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Peserta
didik yang mendapatkan kasih sayang akan merasa senang, betah dan bahagia
berada di dalam kelas serta memiliki motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam
kegiatan belajar mengajar. Sebaliknya peserta didik yang merasa kurang
mendapatkan kasih sayang akan merasa terisolasi, gelisah, sedih, rendah diri,
merasa tidak nyaman bahkan akan mengalami kesulitan belajar serta memicu
munculnya tingkah laku maldaptif. Kondisi demikian akan melemahkan motivasi
belajar.
4. Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan
akan penghargaan terlihat dari kecenderungan peserta didik untuk diakui dan
diperlakukan sebagai orang yang berharga diri. Mereka ingin memiliki sesuatu,
ingin dikenal dan ingin diakui keberadaannya di tengah-tengah orang lain.
Mereka yang dihargai akan merasa bangga dengan dirinya dan gembira, pandangan
dan sikap mereka terhadap dirinya dan orang lain akan positif. Sebaliknya,
apabila peserta didik merasa diremehkan, kurang diperhatikan atau kurang
mendapat tanggapan yang positif atas sesuatu yang dikerjakannya, maka sikapnya terhadap
dirinya dan lingkungannya negatif.
5. Kebutuhan akan rasa sukses
Peserta
didik menginginkan agar setiap usaha yang dilakukannya disekolah, terutama
dalam bidang akademis berhasil dengan baik. Peserta didik akan merasa senang
dan puas apabila pekerjaan yang dilakukannya berhasil, dan merasa kecewa
apabila gagal. Ini menunjukkan bahwa rasa sukses merupakan salah satu kebutuhan
pokok bagi peserta didik. Untuk itu, guru harus mendorong peserta didiknya
untuk mencapai keberhasilan dan prestasi yang tinggi, serta memberikan
penghargaan atas prestasi yang dicapai, betapapun kecilnya, baik berupa
ungkapan verbal maupun melalui ungkapan non-verbal.
6. Kebutuhan akan agama
Kebutuhan
peserta didik khususnya yang beranjak remaja kadang-kadang tidak dapat dipenuhi
apabila telah berhadapan dengan agama, nilai-nilai sosial dan adat kebiasaan,
terutama apabila pertumbuhan sosialnya telah matang, yang seringkali menguasai
pikirannya. Pertentangan tersebut semakin mempertajam keadaan apabila remaja
tersebut berhadapan dengan berbagai situasi, misalnya film di televisi maupun
dilayar lebar yang menayangkan adegan-adegan tidak sopan, mode pakaian yang
seronok, buku-buku bacaan serta koran yang sering menyajikan gambar yang tidak
mengindahkan kaidah-kaidah moral dan agama. Semuanya itu menyebabkan
kebingungan bagi remaja yang tidak mempunyai dasar keagamaan dan keimanan. Oleh
sebab itu, sangat penting dilaksanakan penanaman nilai-nilai moral dan agama
serta nilai-nilai sosial dan akhlak kepada remaja sejak usia dini.[1]
B. Motif Dan Motivasi
1. Motif
a. Pengertian motif
Motif adalah daya penggerak dalam diri
seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu.
Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat di interpretasikan
dalam tingkah laku, berupa rangsangan , dorongan, atau pembangkit tenaga
munculnya suatu tingkah laku tertentu.
b. Penggolongan motif
Berdasarkan sumber asalnya, motif dapat
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1) Motif biogenetis, yaitu motif-motif yang
berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya, misalnya
lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat, mengambil napas,
seksualitas, dan sebagainya.
2) Motif sosiogenetis, yaitu motif-motif
yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut
berada. Jadi motif ini tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi
oleh lingkungan kebudayaan setempat. Misalnya, keinginan mendengarkan musik,
makan pecel, makan cokelat, dan lain-lain.
3) Motif teologis, dalam motif ini manusia
adalah sebagai makhluk yang berketuhanan, sehingga ada interaksi antara manusia
dengan Tuhannya, seperi ibadahnya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya keinginan
untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk merealisasikan norma-norma
sesuai dengan agamanya.
Berdasarkan proses terbetuknya motif di
bedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1) Motif bawaan, yaitu motif yang sudah ada
sejak dilahirkan dan tidak perlu dipelajari. Misalnya makan dan minum.
2) Motif yang dipelajari, yaitu motif yang
timbul karena kedudukan atau jabatan.
Sedangkan berdasarkan sumber yang
menimbulkannya, motif dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Motif intrinsik, yaitu timbulnya tidak
memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam individu sendiri,
yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya.
2) Motif ekstrinsik, yaitu timbul karena
aanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam pendidikan terdapat minat
yang positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat manfaatnya.
Motif intrinsik lebih kuat daripada
motif ekstrinsik. Oleh karena itu,
pendidikan harus berusaha menimbulkan motif intrinsik dengan menumbuhkembangkan
minat peserta didik terhadap bidang studi yang relevan. Sebagai contoh,
memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk tujuan instruksional
pada sat pembelajaran akan dimulai yang menimbulkan motif keberhasilan mencapai
sasaran.
Berikut beberapa hal yang dapat
menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain
1) Pendidikan memerlukan anak didiknya,
sebagai manusia yang berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya,
perasaannya, maupun keyakinannya.
2) Pendidik menggunakan berbagai metode
dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya.
3) Pendidik senantiasa memberikan bimbingan
dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami
kesulitan, baik yang bersifat pribadi mauoun akademis.
4) Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas
dan penguasaan bidang studi atau materi yang di ajarkan kepada peserta
didiknya.
5) Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan
sifat pengabdian kepada profesinya sebagai pendidik.[2]
2. Motivasi
a. Pengertian motivasi
Motivasi berasal dari kata motif, yang
dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang
menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.[3]
Istilah motivasi menunjuk kepada semua
gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan kearah tujuan tertentu, dimana
sebelumnya tidak ada gerakan menuju kearah tujuan tersebut. Motivasi dapat
berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif diluar individu atau
hadiah. Sebagai suatu masalah didalam kelas, motivasi adalah membangkitkan,
mempertahankan dan mengontrol minat-minat.[4]
Motivasi melibatkan proses yang
memberikan energi, mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian,
perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang mengandung energi, memiliki arah
dan dapat dipertahankan.[5]
Suatu prinsip yang mendasari tingkah
laku ialah bahwa individu selalu mengambil jalan terpendek menuju suatu tujuan.
Orang dewasa mungkin berpandangan bahwa didalam kelas para siswa harus
mengabdikan dirinya pada penguasaan kurikulum. Akan tetapi, para siswa tidak
selalu melihat tugas-tugas sekolah sebagai jalan terbaik yang menuju kearak
kebebasan, produktivitas, kedewasaan atau apa saja yang dipandang mereka
sebagai suatu yang disukai. Dalam hubungan ini tugas guru adalah menolong
mereka untuk memilih topik, kegiatan atau tujuan yang bermanfaat, baik untuk
jangka panjang maupun utnuk jangkas pendek.
Menurut McDonald,” Motivation is a energy change within the person characterized by
affective arousal and anticipatory goal reactions.” Motivasi adalah suatu
perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya
afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Perumusan ini mengandung tiga unsur yang
saling berkaitan sebagai berikut:
1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan
energi dalam pribadi.
Perubaha-perubahan
dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu didalam sistem
neurofisiologis dalam organisme manusia, misalnya adanya perubahan dalam sistem
pencernaan akan menimbulkan motif lapar. Akan tetapi, ada juga perubahan energi
yang tidak diketahui.
2) Motivasi ditandai dengan timbulnya
perasaan (affevtive arousal).
Mula-mula
merupakan ketegangan prikolosis, laluy merupakan suasana emosi. Suasana emosi
ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini disadari, mungkin juga
tidak. Kita dapat mengamatinya pada perbuatan. Misalnya si A terlibat dalam
suatu diskusi. Karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan,
dia akan berbicara dengan kata-kata dan suara yang lancar dan cepat.
3) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi
untuk mencapai tujuan.
Pribadi
yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju kearah suatu tujuan.
Respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh
perubahan energi dalam dirinya. Setiap
respons merupakan suatu langkah kearah pencapaian tujuan. Misalnya si A ingin
mendapat hadiah, maka ia akan belajar, mengikuti ceramah, bertanya, membaca
buku, mengikuti les dan sebagainya.
b. Komponen-kompone motivasi
Motivasi
memiliki dua komponen, yakni komponen dalam (inner component) dan komponen luar
(outer component). Komponen dalam ialah perubahan didalam diri seseorang,
keadaan tidak merasa puas, ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang
diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi, komponen
dalam ialah kebutuhan-kebutuhan yang hendak dipuaskan, sedangkan komponen luar
ialah tujuan yang hendak dicapai.
c. Fungsi motivasi
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa
motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan.
Jadi fungsi motivasi itu adalah :
1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu
perbuatan.
2) Sebagai pengaruh, artinya mengarahkan
perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.
3) Sebagai penggerak.[6]
C. Dinamika Motivasi Manusia
Dipandang
dari segi motifnya, setiap perilaku atau motivasi manusia mengandung 3 aspek
yang kedudukan yang bertahap dan berurutan :
1. Motivating states
Timbul
kekuatan dan terjadinya kesiapsediaan sebagai akibat terasanya kebutuhan jaringan
atau sekresi hormonal dari dalam diri organisme atau tergantung pada stimulasi
tertentu.
2. Motivating behavior
Bergeraknya
organisme kearah tujuan tertentu sesuai dengan sifat kebutuhan yang hendak
dipenuhi dan dipuaskannya. Misalnya haus mencari air untuk diminum.
3. Satisfied conditions
Dengan
dicapai tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan yang terasa, maka keseimbangan
dari dalam organisme pulih kembali dengan terpeliharanya, homostetis, kondisi
demikian dihayati sebagai rasa nikmat dan puas atau lega.[7]
D. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar
Peserta Didik
1.
Pemberian
penghargaan atau ganjaran
Teknik ini dianggap berhasil bila
menumbuhkembangkan minat siswa. Minat adalah perasaan seseorang bahwa apa yang
dipelajari atau dilakukannya bermakna bagi dirinya.
Pemberian penghargaan dapat
membangkitkan minat anak untuk mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Tujuan
pemberian penghargaan adalahmembangkitkan ataumengembangkan minat.
Jadi,penghargaan berperan untuk membuat pendahuluan saja. Penghargaanadalah
alat, bukan tujuan.hendaknya diperhatikan jangan sampai penghargaan ini menjadi
tujuan. Tujuan pemberian penghargaan dalam belaar adalah bahwa setelah
seseorang telah menerima penghargaan karena telah melakukan kegiatan belajar
dengan baik, ia akan terus melakukan kegiatan belajarnya sendiri diluar kelas.
2.
Pemberian
angka atau grade
Apabila pemberian angka atau grade
didasarkan atas perbandingan interpersonal dalam prestasi akademis, hal ini
akan menimbulkan dua hal : anak yang mendapat angka baik dan anak yang endaoatkan
angka jelek. Pada anak yang mendapatkan angka jelek mungkin angkan berkembang
rasa rendah diri dan tak ada semangat terhadap pekerjaan- pekerjaan sekolah.
Dalam hubungan ini, Willam glasser dalam
school without failure (1969) menyatakan, “karena grade atauangka itulebih
banyak menekankan kegagalan daripada keberhasilan, dank arena kegagalan itu
merupakan dasar bagi timbulnya masalah-masalah, maka saya menyarankan jangan
ada siswa yang tergolong gagal atau hal-hal yang menyebabkan ia merasa gagal dengan adanya system angka.”
3.
Keberhasilan
dan tingkat aspirasi
Istilah”tingkat aspirasi”menunjuk pada
tingkat pekerjaan yang di harapkan pada masa depan berdasarkan keberhasilan
atau kegagalan dalam tugas-tugas yang mendahuluinya.konsep ini berkaitan erat
dengan konsep seseorang tentang dirinya dan kekuatan-kekuatannya.
Menurut smith,apa yang di cita-citakan
seseorang untuk di kerjakan pada masa datang bergantung pada pengamatannya
tentang apa-apa yang mungkin baginya. Menuru
borow, tingkat aspirasi banyak bergantuk pada intelegensi,status social
ekonomi, hubungan, dan harapan orangtua.akan tetapi, factor yang paling kuat
adalah perbandingan besar kecilnya (proporsi) pengalaman tentang keberhasilan
dan kegagalan.
Dalam hubungan ini guru dapat
menggunakan prinsip bahwa tujuan-tujuan harus dapat dicapai dan para siswa
merasa bahwa mereka akan mampu mencapainya.
4.
Pemberian
pujian
Teknik lain untuk memberikan motivasi
adalah pujian. Namun, harus diingat bahwa efek pujian iti bergantung pada siapa
yang memberi pujian dan siapa yang menerima pujian itu.para siswa yang
membutuhkan keselamatan dan harga diri,mengalami kecemasan,dan merasa
bergantung pada orang lain akan responsive terhadap pujian. Pujian dapat
ditunjukan baik secara verbal maupun secara non verbal. Dalam bentuk non verbal
misalnya anggukan kepala,senyuman,atau tepuk bahu.
5.
Kompetisi
dan kooperasi
Persaingan merupakan insetif pada
kondisi-kondisi tertentu teteapi dapat merusak pada kondisi yang lain.
Dalamkompetisi harus terdapat kesepakatan yang sama untuk menang.kompetisi
harus mengandung suatu tingkat kesamaan dalam sipat-sipat para peserta.
Ada tigajenis
persaingan yang efektif :
a. Kompetisi interpersonal
antarateman-teman sebaya sering menimbulkan semangat persaingan.
b. Kompetisi kelompok dimana setiap anggota
dapat memberikan sumbangan dan terlibat di dalamkeberhasilan kelompok merupakan
motipasi yang sangat kuat.
c. Kompetisi dengan diri sendiri,yaitu
dengan catatan tentang perestasi terdahulu, dapat merupakan motifasi yang
efektif.
Adapun kebutuhan yang akan realisasi
diri, di terima oleh kelompok, dan kebutuhan akan rasa aman,dan keselamatan
dapat lebih banyak di penuhi dengan cara kerja sama.menurut lowry dan rankin
(1969), kerja sama adalah pungsi utama dan merupakan bentuk yang paling dasar dari
hubungan-hubungan antar kelompok
6.
Pemeberian
harapan
Harapan selalu mengacukedepan.
Artinya,jika seseorang berhasilmelaksanakan tugasnya atau berhasil dalam
kegiatan belajarnya, dia dapat memperoleh dan mencapai harapa- harapan yang
telah diberikan kepadanya sebelumnya. Itu sebabnya pemberian harapan kepada
siswa dapat menggugah minat dan motivasi belajar asalkan siswa yakin bahwa
harapannya bakal terpenuhi kelak. Harapan itu dapat merupakan hadiah,
kedudukan, nama baik, atau sejenisnya. Sebaliknya, cara ini tidak menghasilkan
apa-apa jika guru tidak memenuhi harapan yang pernah diberikannya kepada para
siswa.[8]
E. Cara Mengukur Motivasi Belajar Peserta
Didik
Meskipun motivasi itu merupakan suatu
kekuatan, namun tidaklah merupakan substansi yang dapat diamati. Yang dapat
kita lakukan adalah mengidentifikasi indikator tersebut :
1. Durasi kegiatan (berapa lama waktu yang
digunakan untuk berkegiatan)
2. Frekuensi kegiatan (seberapa sering
kegiatan itu dilakukan)
3. Ketetapan tujuan pada kegiatan tertentu.
4. Ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam
menghadapi rintangan untuk mencapai tujuan.
5. Pengabdian dan pengorbanan untuk
mencapai tujuan.
6. Maksud yang ingin dicapai dengan
kegiatan yang dilakukan.
7. Berapa banyak, memadai atau tidak,
memuaskan atau tidak yang dicapai dari kegiatan itu.
Pengukuran
yang dapat digunakan antara lain :
1. Tes tindakan untuk memperoleh informasi
serta kemampuan menghadapi masalah
2. Kuesioner untuk mengetahui informasi
tentang pengabdian dan pengorbanannya.
3. Mengarang bebas untuk mengetahui
cita-cita.
4. Tes prestasi dan skala sikap untuk
mengetahui nkualifikasi dan arah sikap.
F. Konsep Dan Teori Kreativitas
Sejatinya , kreativitas bermula dari
cara berpikir kreatif. Pada kurun waktu 1960-an hingga permulaan tahun 1970-an,
sejumlah ahli psikologi sudah tertarik terhadap kreativitas. Mereka telah
berusaha merumuskan, mencirikan, dan mengembangkannya. Beberap ahli psikologi
percaya bahwa kreativitas harus terbatas pada penemuan atau penciptaan suatu
ide tau konsep baru yang sebelumnya tidak pernah diketahui oleh manusia. Para
ahli lainnya mengartikan kreativitas secara lebih inklusif, yaitu meliputi
semua usaha produktif yang unik dari individu. Pandangan ini lebih bermakna
bagi guru yang berusaha untuk mengembangkan kemampuan kreatif, baik untuk
profesinya sendiri maupun untuk peserta didik dan membantu mereka dalam
menggali dan mengembangkan potensinya secar optimal.
Menurut Lumsdaine (1995),
kreativitas adalah mempergunakan imajinasi dan berbagai kemungkinan yang
diperoleh dari interaksi dengan ide atau gagasan, orang lain dan lingkungan
untuk membuat koneksi dan hasil yang baru serta bermakna. Artinya mengembangkan
pemikiran alternatif atau kemungkinan dengan berbagai cara sehingga mampu
melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang dalam interaksi individu dengan
lingkungan sehingga diperoleh cara-cara baru untuk mencapai tujuan yang
lebih bermakna.
Secara umum kreativitas dapat
diartikan sebagai pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan
imajinatif, yang mencirikan hasil artistik, penemuan ilmiah, dan penciptaan
secara mekanik. Kreativitas meliputi hasil sesuatu yang baru, baik sama sekali
baru bagi dunia ilmiah atau budaya maupun secara relatif baru bagi indvidunya
sendiri walaupun mungkin orang lain telah menemukan atau memproduksi
sebelumnya. Seseorang dapat menjadi ahli matematika, ahli filsafat, atau
ilmuwan kreatif, seperti halnya dengan seorang penulis atau seniman kreatif.
Kreativitas
juga merupakan pengembangan dari kedua belahan otak, yaitu belahan otak kanan
dan belahan otak kiri. Belahan otak kiri adalah kemampuan berfikir kritis,
ilmiah, logis dan linier. Sedangkan belahan otak kanan adalah nonlinier,
nonverbal, holistik, humanistik dan mistik.[9]
Salah satu masalah yang kritis dalam
meneliti, mengidentifikasi, dan mengembangkan kreativitas ialah bahwa begitu
banyak definisi tentang kreativitas. Tetapi tidak ada satu definisi pun
yang dapat diterima secara universal. Skala sikap adalah alat penilaian hasil
belajar yang berupa sejumlah pernyataan sikap tentang sesuatu yang jawabannya
dinyatakan secara berskala, misalnya skala tiga, empat atau lima. Pengembangan
skala sikap dapat mengikuti langkah sebagai berikut.
1. Menentukan
obyek sikap yang akan dikembangkan skalanya.
2. Memilih
dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dengan obyek penilaian
sikap.
3. Memilih
kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala.
4. Menentukan
skala dan penskoran.
Orang yang kreatif berhasil mencapai
ide, gagasan pemecahan masalah, cara kerja, hal produk baru. Biasanya melewati
beberapa tahap, yaitu 1) Persiapan (Preparation) adalah mempelajari
latar belakang perkara, seluk beluk dan problematikanya. 2) Konsentrasi (concentration)
sepenuhnya memikirkan,masuk luluh, tersersap dalam perkara yang dihadapi. 3)
Inkubasi (Incubation) adalah mencari kegiatan yang melepaskan diri dari
kesibukan pikiran mengenai perkara yang di hadapi. 4) Iluminasi (Illumination)
adalah mendapatkan ide gagasan,pemecahan penyelesaian, cara kerja, jawaban
baru. 5) Verifikasi/ produksi (Verification/ produktion) adalah
menghadapi dan memecahkan masalah praktis sehubungan dengan perwujudan ide,
gagasan, pemecahan,penyelesaian, cara kerja, jawaban baru. Kreativitas penting
dipupuk dan dikembangkan pada diri anak karena:
1. Dengan
berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya,dan perwujudan diri termasuk salah
satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia
2. Kreativitas
sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian
terhadap suatu masalah
3. Kreatif
tidak hanya bermanfaat,tetapi juga memberikan kepuasan terhadap individu
4. Kreativitaslah
yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya
Guilford seperti yang dikutip oleh
Monthy P Satiadrama dan Fidelis E Wawu karakteristik pemikiran kreatif
berkaitan erat dengan lima ciri kemampuan berfikir yaitu 1) Kelancaran (fluenty)
adalah kemampuan memproduksi banyak gagasan. 2) Keluwesan (flexibility)
adalah kemampuan untuk mengajukan berbagai pendekatan atau pemecahan masaalah.
3) Keaslian (originality) adalah merupakan kemampuan untuk melahirkan
gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri. 4) Penguraian (elaboration)
adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci. 5) Perumusan
kembali (redefinision) adalah merupakan kemampuan untuk mengkaji suatu
persoalan melalui cara dan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah lalu
Berdasarkan penenkanannya,
definisi-defiisi kreativitas dapat dibedakan ke dalam dimensi personal atau
indivdu (personal), produk (product), dan publikasi (publication). Rhodes
(1961) menyebut keempat dimensi kreativitas tersebut sebagai the Four P’s of
Creativity. Berikut dikemukakan beberapa sumber:
1. Kreativitas
mengacu pada kemampuan yang khas dari orang-orang kreatif (Guilford, 1965)
2. Kreativitas
adalah sebuah proses yang memanifestasikan dirinya dalam kefasihan
(kelancaran), dalam fleksibilitas, juga dalam orisinalitas (S. C. U. Munadar,
1977).
3. Kemampuan
untuk membawa sesuatu yang baru ke dalam suatu hal yang eksis (Barron, 1969;
1976).
4. Kreativitas
dapat dianggap sebagai kualitas produk atau tanggapan yang dinilai untuk
menjadi kreatif oleh pengamat yang sesuai (Amabile, 1983).
5. Kreativitas
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Wujudnya adalah tindakan
manusia (Barron & Harrington, 1981).
Pengertian kreativitas juga dapat
dibedakan ke dalam pengertian konsensual dan konseptual. Pengertian konsensual
menekankan segi produk kreatif yang dinilai derajat kreativitasnya oleh
pengamat yang ahli. Amabile, (1983), mengemukakan bahwa suatu produk atau
respons seseorang dikatakan kreatif apabila menurut penilaian orang yang ahli
atau pengamat yang mempunyai kewenangan dalam bidang itu bahwa itu kreatif.
Dengan demikian, kreativitas merupakan kualitas suatu produk atau respons yang
dinilai kreatif oleh pengamat yang ahli. Sedangkan pengertian konseptual
bertolak dari konsep tertentu tentang kreativitas yang dijabarkan ke dalam
kriteria tentang apa yang disebut kreatif.
Berdasarkan pengertian konseptual
dan konsensual tentang kreativitas, Dedi Supriadi (1989), mengembangkan studi
kreativitas terhadap ilmuan senior. Analog dengan hal itu, maka guru kreatif
dapat dikenali dari kriteria;
1. Sumbangan
mereka terhadap ilmu pengetahuan.
2. Keanggotaan
dalam organisasi profesi’
3. Penghargaan
yang diterima
4. Jabatan
keahlian yang pernah atau sedang dipegang.
Berdasarkan beberapa pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan guru untuk
mempergunakan imajinasi dan berbagai kemungkinan yang diperoleh dari interaksi
dengan ide atau gagasan, orang lain dan lingkungan untuk membuat koneksi dan
hasil yang baru serta bermakna.
Proses kreatif
dapat digambarkan dalam empat tingkatan, yaitu:
1. Tingkat persiapan, usaha dibuat oleh guru untuk memahami
dan mengerti tentang kebutuhan personal. Guru memberikan perhatian secara
mendetail terhadap objek sehingga dipahami secara utuh dalam berbagai dimensi
sudut pandang. Sudut pandang paling tidak meliputi kondisi fisik objek,
kegunaan atau manfaat, serta suasana atau situasi yang terbentuk karena
keberadaan objek. Kebutuhan guru akan terkait dengan ketiga sudut pandang
secara parsial, kombinasi maupun sebagai keutuhan. Contoh pada saat melihat
kursi siswa, guru akan memberikan perhatian dari sisi fisik apakah bentuknya
cukup mewakili sebuah kursi atau tempat untuk duduk dan apakah tidak ada bagian
yang membahayakan. Dari sudut pandang kegunaan atau manfaat apakah kursi cukup
kuat untuk diduduki atau menahan berat badan siswa. Dari sudut pandang suasana
atau situasi yang tercipta apakah posisi kursi tidak menghalangi siswa atau
guru berjalan, mendukung suanasana kelas yang menyamankan dan apakah cukup
pantas untuk menempati bagian dari ruangan.
2. Tingkat inkubasi (pengeraman), yaitu upaya untuk
mengembangkan ide dari perhatian yang diberikan untuk menjawab persoalan yang
dihadapi guru. Contoh : pada saat sekolah memiliki ruangan dengan ukuran
tertentu yang harus menampung sejumlah siswa untuk duduk dan menulis, maka
bentuk dan ukuran kursi seperti apa yang harus dibuat atau dibeli sehingga
memenuhi tujuan yang diharapkan.
3. Tingkat wawasan, yang membawa guru pada pengertian baru.
Artinya terbuka kemungkinan terjadi perubahan bentuk, ukuran dan fungsi dari
suatu objek untuk memenuhi beberapa tujuan yang diharapkan. Contoh: ruangan
yang ada tidak memungkinkan diisi dengan meja dan kursi karena akan membuat
siswa tidak leluasa bergerak. Hal yang dibutuhkan adalah kursi yang juga
berfungsi sebagai meja dan tempat menyimpan barang/tas, cukup ringan untuk
dipindahkan dan dirapikan dengan cara melipat kursi, mampu menahan beban
sebarat 30 – 50 kg dan tinggi 120 – 160 cm, serta cukup memberi ruangan untuk
bergerak keluar dan duduk.
4. Tingkat pengesahan/penemuan, yang menyadarkan guru
tentang ide kreatif pengesahan atau tingkat implementasi. Upaya mewujudkan ide
dalam bentuk nyata. Contoh: untuk memperoleh kursi sesuai kebutuhan pada
tingkat wawasan awalnya perlu dibuatkan gambar, mempertimbangkan bahan,
mengerjakan, menata dalam ruangan dan memanfaatkan benda baru.
G. Karakteristik Pribadi Yang Kreatif
Anak yang kreatif selalu ingin tahu,
memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif.
Anak dan remaja kreatif biasanya mandiri dan memliki rasa percaya diri. Mereka
lebih berani mengambil resiko dari pada anak-anak pada umumnya. Artinya dalam
melakukan tindakan yang bagi mereka berarti, penting, dan disukai, mereka tidak
terlalu menghiraukan kritik atau ejekan dari orang lain. Orang yang inovatif berani
untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari tradisi. Rasa
percaya diri, keuletan, dan ketekunan membuat tidak cepat putus asa dalam
mencapai tujuan (Utami Munandar, 1999: 35).
Treffinger dalam Utami Munandar
mengatakan bahwa pribadi kreatif biasanya lebih terirganisasi dalam melakukan
tindakan. Rencana inovatif serta produk orisinal telah dipikirkan dengan matang
lebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang timbul dan implikasinya
(Utami Munandar, 1999: 35).
Ciri-ciri perilaku yang ditemukan
pada orang-orang yang memberikan sumbangan kreatif yang menonjol terhadap
masyarakat digambarkan sebagai berikut: berani dalam pendirian/keyakinan, melit
(ingin tahu), mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan, bersibuk diri terus
menerus dengan kerjanya, intuitif, ulet, tidak bersedia menerima pendapat dari
otoritas begitu saja (Utami Munandar, 1999: 36).
Ciri ciri pribadi kreatif dari
kelompok pakar psikologi adalah sebagai berikut:
1. Imajinatif
2. Mempunyai
prakarsa
3. Mempunyai
minat luas
4. Mandiri
dalam berpikir
5. Melit
(ingin tahu)
6. Senang
berpetualang
7. Penuh
energi
8. Bersedia
mengambil resiko
9. Berani
dalam pendirian dan keyakinan (Utami Munandar, 1999: 37).
Sedangkan ciri-ciri pribadi kreatif yang dinginkan oleh guru
adalah sebagai berikut:
1.
penuh energi
2.
mempunyai prakarsa
3.
percaya diri
4.
sopan
5.
rajin
6.
melaksanakan pekerjaan pada waktunya
7.
sehat
8.
berani dalam berpendapat
9.
mempunyai ingatan yang baik
10. ulet (Utami Munandar, 1999:
37).
Para ahli kreativitas, mengatakan bahwa ciri-ciri dari
kemampuan berpikir kreatif yaitu:
a.
Kelancaran berpikir, kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari
pemikiran seseorang secara tepat.
b.
Keluasan (fleksibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide,
jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi.
c.
Elaborasi, yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau
memerinci detail-detail dari suatu obyek sehingga menjadi lebih menarik.
d.
Keaslian (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik
atau gagasan asli (Utami Munandar, 1999: 45).
Anak usia prasekolah sebetulnya memiliki banyak ciri-ciri
kepribadian kreatif antara lain: keterbukaan terhadap pengalaman baru,
spontanitas dan kebebasan dalam ungkapan diri, rasa takjub, ingin menjajaki (explore)
lingkungannya, kepekaan dalam pengamatannya, daya imajinasi yang kuat, dan
semangat mengajukan pertanyaan (Utami Munandar, 2002: 39).
Dari
penjelasan tentang ciri-ciri orang-orang kreatif jelaslah bahwa orang kreatif
mempunyai ciri-ciri yang telah dijelaskan oleh pakar yang mengemukakan
pendapatnya tentang ciri-ciri kreatif, walaupun pada dasarnya tidak semua orang
kreatif memiliki semua ciri-ciri tersebut akan tetapi setidaknya orang kreatif
memiliki salah satu ciri yang telah disebutkan dan dijelaskan secara mendetail
oleh para ahli psikologi, sehingga orang tersebut dapat dikategorikan sebagai
orang kreatif.
H. Cara Meningkatkan Kreativitas Peserta
Didik
Kreativitas tidak hanya tergantung pada potensi bawaan yang
khusus, tetapi juga pada perbedaan mekanisme mental atau sikap mental yang
menjadi sarana untuk mengungkapkan sifat bawaan tersebut. Menurut Hurlock
(2005:11) beberapa kegiatan untuk meningkatkan kreativitas adalah:
a. Waktu.
Untuk menjadi kreatif kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa
sehingga anak mempunyai sedikit waktu bebas untuk bermain-main dengan gagasan
dan konsep yang dipahaminya.
b. Kesempatan.
Apabila mendapat tekanan dari kelompok, kemudian anak menyendiri, maka ia
menjadi lebih kreatif.
c. Dorongan.
Orang tua sangat berperan dalam hal ini, anak seharusnya dibebaskan dari ejekan
dan kritik yang sering kali memojokkan anak.
d. Sarana.
Harus disediakan untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi yang
merupakan unsur penting dari kreativitas.
e. Lingkungan.
Keadaan lingkungan yang merangsang kreativitas anak.
f. Hubungan
dengan orang tua. Orang tua yang terlalu melindungi atau terlalu posesif
terhadap anak dapat menghambat proses kreativitas.
g. Cara
mendidik anak. Mendidik secara demokratis dan permisif di rumah dan di sekolah
akan meningkatkan kreativitas, sedangkan mendidik dengan cara otoriter
menghambat proses kreativitas.
h. Pengetahuan.
Semakin banyak pengetahuan yang diperoleh anak maka semakin banyak dasar untuk
mencapai peningkatan kreativitas.[10]
.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun
kebutuhan peserta didik yang perlu menedapat perhatian dari guru, diantaranya :
1. Kebutuhan jasmaniah
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan kasih sayang
4. Kebutuhan akan penghargaan
5. Kebutuhan akan rasa sukses
6. Kebutuhan akan agama
Adapun dari
kebutuhan diatas akan menimbulkan dorongan atau motif. Motif adalah daya
penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu, demi
mencapai tujuan tertentu. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi
dapat di interpretasikan dalam tingkah laku, berupa rangsangan , dorongan, atau
pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
Sedangkan
motivasi adalah Istilah yang menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam
stimulasi tindakan kearah tujuan tertentu, dimana sebelumnya tidak ada gerakan
menuju kearah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar
atau internal dan insentif diluar individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah
didalam kelas, motivasi adalah membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol
minat-minat.
Motivasi
melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan dan mempertahankan
perilaku. Dengan demikian, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang
mengandung energi, memiliki arah dan dapat dipertahankan.
Suatu prinsip
yang mendasari tingkah laku ialah bahwa individu selalu mengambil jalan
terpendek menuju suatu tujuan. Orang dewasa mungkin berpandangan bahwa didalam
kelas para siswa harus mengabdikan dirinya pada penguasaan kurikulum. Akan
tetapi, para siswa tidak selalu melihat tugas-tugas sekolah sebagai jalan
terbaik yang menuju kearak kebebasan, produktivitas, kedewasaan atau apa saja
yang dipandang mereka sebagai suatu yang disukai. Dalam hubungan ini tugas guru
adalah menolong mereka untuk memilih topik, kegiatan atau tujuan yang
bermanfaat, baik untuk jangka panjang maupun utnuk jangkas pendek.
Dipandang dari
segi motifnya, setiap perilaku atau motivasi manusia mengandung 3 aspek yang
kedudukan yang bertahap dan berurutan :
1.
Motivating
states
2. Motivating behavior
3.
Satisfied
conditions
Adapun cara meningkatkan motivasi
peserta didik, antara lain :
1.
Pemberian
penghargaan atau ganjaran
2. Pemberian angka atau grade
3. Keberhasilan dan tingkat aspirasi
4. Pemberian pujian
5. Kompetisi dan kooperasi
6.
Pemeberian
harapan
Adapun cara mengukur motivasi
belajar peserta didik, yaitu :
1.
Durasi
kegiatan (berapa lama waktu yang digunakan untuk berkegiatan)
2. Frekuensi kegiatan (seberapa sering
kegiatan itu dilakukan)
3. Ketetapan tujuan pada kegiatan tertentu.
4. Ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam
menghadapi rintangan untuk mencapai tujuan.
5. Pengabdian dan pengorbanan untuk
mencapai tujuan.
6. Maksud yang ingin dicapai dengan
kegiatan yang dilakukan.
7.
Berapa
banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak yang dicapai dari kegiatan
itu.
kreativitas adalah mempergunakan imajinasi dan berbagai kemungkinan yang
diperoleh dari interaksi dengan ide atau gagasan, orang lain dan lingkungan
untuk membuat koneksi dan hasil yang baru serta bermakna. Artinya mengembangkan
pemikiran alternatif atau kemungkinan dengan berbagai cara sehingga mampu
melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang dalam interaksi individu dengan
lingkungan sehingga diperoleh cara-cara baru untuk mencapai tujuan yang
lebih bermakna.
B. Saran
Karena makalah
ini masih jauh dari nkata sempurna, kami menyarankan agar para pembaca lebih
memperbanyak referensi, agar pengetahuan dan wawasan semakin luas.
DAFTAR
PUSTAKA
Salahudin,
anas, dan irwanto alkrieenciehie, 2013,
pendidikan berkarakter, bandung;cv pustaka setia
Uno,
hamzah, 2006,Teori Motivasi Dan
Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik,0emar, ,2012,Psikologi Belajar Dan Mengajar, Bandung:Sinar Baru Algensindo
Santrock, John W, 2009,
Psikologi Pendidikan Edisi 3, Jakarta:
Salemba Humanika
http://duniainformatikaindonesia.blogspot.co.id/2013/04/ciri-ciri-kepribadian-kreatif.html
PERTANYAAN:
1.
Apa
yang dimaksud dengan motivasi ?
2. Apa yang dimaksud dengan motif ?
3. Apa yang menyebabkan munculnya motivasi
?
4. Bagaimana cara mengukur motuvasi belajar
peserta didik ?
5. Bagaimana ciri pribadi yang kreatif ?
JAWABAN
:
1. motivasi adalah Istilah yang menunjuk
kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan kearah tujuan
tertentu, dimana sebelumnya tidak ada gerakan menuju kearah tujuan tersebut.
Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif diluar
individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah didalam kelas, motivasi adalah
membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat
2. Motif adalah daya penggerak dalam diri
seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu.
Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat di interpretasikan
dalam tingkah laku, berupa rangsangan , dorongan, atau pembangkit tenaga
munculnya suatu tingkah laku tertentu.
3. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan
4.
·
Durasi
kegiatan (berapa lama waktu yang digunakan untuk berkegiatan)
·
Frekuensi
kegiatan (seberapa sering kegiatan itu dilakukan)
·
Ketetapan
tujuan pada kegiatan tertentu.
·
Ketabahan,
keuletan, dan kemampuan dalam menghadapi rintangan untuk mencapai tujuan.
·
Pengabdian
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan.
·
Maksud
yang ingin dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
·
Berapa
banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak yang dicapai dari kegiatan
itu.
5.
·
Imajinatif
·
Mempunyai prakarsa
·
Mempunyai minat luas
·
Mandiri dalam berpikir
·
Melit (ingin tahu)
·
senang berpetualang
·
penuh energi
·
bersedia mengambil resiko
·
berani dalam pendirian
dan keyakinan
[1]
http://www.artikelbagus.com/2011/08/kebutuhan-peserta-didik.html
[2] Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya
(Jakarta: Bumi Aksara, 2006)
[3] Ibid., hlm. 3
[4] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Dan Mengajar
(Bandung:Sinar Baru Algensindo,2012)
[5] John W. Santrock, Psikologi Pendidikan Edisi 3 (Jakarta:
Salemba Humanika, 2009)
[6] 0p.cit, hlm: 173-175
[7]
http://dinikawekas-09.blogsp0t.c0.id/2011/10/motivasi-dan-dinamika-perilaku-manusia.html
[8] 0p.cit, hlm: 184-186
[10]
http://duniainformatikaindonesia.blogspot.co.id/2013/04/ciri-ciri-kepribadian-kreatif.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar