Senin, 26 Desember 2016

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN


MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“Pengembangan Motivasi Dan Kreativitas Peserta Didik Dalam Pendidikan”
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setiap individu memiliki kondisi internal, dimana kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas sehari-hari. Salah satu dari kondisi internal tersebut adalah “motivasi”, dimana motivasi ini juga akan berpengaruh pada kreativitas individu.
Motivasi merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang di dasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Dan juga semakin tinggi motivasi seseorang maka semakin kreatif dalam berkarya.
Motivasi juga dapat dikatakan sebagai perbedaan antara dapat melaksanakan dan mau melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada mau melaksanakan tugas untuk mencapai suatu tujuan, motivasi adalah kekuatan, baik dari dalam maupun dari luar yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan sebelumnya. Atau dengan kata lain, motivasi dapat di artikan sebagai dorongan mental terhadap perorangan atau orang-orang sebagai anggota masyarakat. Motivavsi dapat juga di artikan sebagai proses untuk mencoba mempengaruhi orang atau orang-orang yang di pimpinnya agar mau melakukan pekerjaan yang diinginkan, sesuai dengan tujuan tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu sehingga akan berpengaruh pula pada kreativitas seseorang dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Manusia dalam kehidupannya dewasa ini tidak dapat memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan orang lain, baik kebutuhan biologis, kebutuhan ekonomis maupun kebutuhan penting lainnya. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya, seringkali mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan, orang yang bersangkutan tidak berarti sama sekali. Oleh karena itu, manusia cenderung untuk hidup berkelompok atau berorganisasi, sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhannya. Kecenderungan manusia untuk saling membantu atau pemenuhan kebutuhan serta kecenderungan untuk berkelompok ini merupakan pertanda bahwa manusia memiliki keterbatasan dan bahkan sangat terbatas (limited). Oleh karena itu, manusia juga di tuntut untuk kreatif, dengan memaksimalkan kekurangan tersebut agar bisa bertahan hidup. Dan hidup seseorang juga ditentukan oleh sekreatif apa ia dalam menjalani dan mengolah kehidupannya, untuk menjadi hidup yang baik dan berguna sehingga bisa mendapatkan kebahagiaan dan ketentraman.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana konsep kebutuhan dalam memotivasi peserta didik ?
2.      Apa yang dimaksud dengan motif dan motivasi ?
3.      Apa saja dinamika motivasi manusia ?
4.      Bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar peserta didik ?
5.      Bagaimana cara mengukur motivasi belajar peserta didik ?
6.      Bagaiman konsep dan teori kreativitas ?
7.      Apa saja karakteristik pribadi yang kreatif ?
8.      Bagaimana cara meningkatkan kreativitas peserta didik ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui konsep kebutuhan dalam memotivasi peserta didik
2.      Untuk mengetahui arti motif dan motivasi
3.      Untuk mengetahui dinamika motivasi manusia
4.      Untuk mengetahui cara meningkatkan motivasi belajar peserta didik
5.      Untuk mengetahui cara mengukur motivasi belajar peserta didik
6.      Untuk mengetahui konsep dan teori kreativitas
7.      Untuk mengetahui karakteristik pribadi yang kreatif
8.      Untuk mengetahui caara meningkatkan kreativitas peserta didik




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Konsep Kebutuhan Peserta Didik
Tingkah laku individu merupakan perwujudan dari dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan merupakan kodrat manusia. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kegiatan sekolah pada prinsipnya juga merupakan manifestasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu tersebut. Oleh sebab itu, seorang guru perlu mengenal dan memahami tingkat kebutuhan peserta didiknya, sehingga dapat membantu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka melalui berbagai aktivitas kependidikan. Di samping itu, dengan mengenal kebutuhan-kebutuhan peserta didik, guru dapat memberikan pelajaran setepat mungkin, sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya.
Adapun kebutuhan peserta didik yang perlu menedapat perhatian dari guru, diantaranya :
1.      Kebutuhan jasmaniah
Kebutuhan jasmaniah merupakan kebutuhan dasar setiap manusia  yang bersifat instinktif dan tidak di pengaruhi oleh lingkungan dan pendidikan. Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah peserta didik yang perlu mendapat perhatian dari guru di sekolah antara lain: makan, minum, pakaian, gerak-gerik jasmani dan terhindar dari berbagai ancaman. Apabila kebutuhan jasmaniah ini tidak terpenuhi, disamping mempengaruhi pembentukan pribadi dan perkembangan psikososial peserta didik juga akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di sekolah.
2.      Kebutuhan akan rasa aman
Rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan peserta didik, terutama rasa aman di dalam kelas dan sekolah. Setiap siswa yang datang kesekolah sangat mendambakan suasana sekolah atau kelas yang aman, nyaman, dan teratur, serta terhindar dari kebisingan dan berbagai situasi yang mengancam. Hilangnya rasa aman di kalangan peserta didik juga dapat menyebabkan rusaknya hubungan interpersonalnya dengan orang lain, membangkitkan rasa benci terhadap orang-orang yang menjadi penyebab hilangnya rasa aman dalam dirinya. Lebih dari itu, perasaan tidak aman juga akan mempengaruhi motivasi belajar siswa di sekolah.
3.      Kebutuhan kasih sayang
Semua peserta didik sangat membutuhkan kasih sayng, baik dari orang tua, guru, teman-teman sekolah dan dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Peserta didik yang mendapatkan kasih sayang akan merasa senang, betah dan bahagia berada di dalam kelas serta memiliki motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebaliknya peserta didik yang merasa kurang mendapatkan kasih sayang akan merasa terisolasi, gelisah, sedih, rendah diri, merasa tidak nyaman bahkan akan mengalami kesulitan belajar serta memicu munculnya tingkah laku maldaptif. Kondisi demikian akan melemahkan motivasi belajar.
4.      Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan terlihat dari kecenderungan peserta didik untuk diakui dan diperlakukan sebagai orang yang berharga diri. Mereka ingin memiliki sesuatu, ingin dikenal dan ingin diakui keberadaannya di tengah-tengah orang lain. Mereka yang dihargai akan merasa bangga dengan dirinya dan gembira, pandangan dan sikap mereka terhadap dirinya dan orang lain akan positif. Sebaliknya, apabila peserta didik merasa diremehkan, kurang diperhatikan atau kurang mendapat tanggapan yang positif atas sesuatu yang dikerjakannya, maka sikapnya terhadap dirinya dan lingkungannya negatif.
5.      Kebutuhan akan rasa sukses
Peserta didik menginginkan agar setiap usaha yang dilakukannya disekolah, terutama dalam bidang akademis berhasil dengan baik. Peserta didik akan merasa senang dan puas apabila pekerjaan yang dilakukannya berhasil, dan merasa kecewa apabila gagal. Ini menunjukkan bahwa rasa sukses merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi peserta didik. Untuk itu, guru harus mendorong peserta didiknya untuk mencapai keberhasilan dan prestasi yang tinggi, serta memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai, betapapun kecilnya, baik berupa ungkapan verbal maupun melalui ungkapan non-verbal.
6.      Kebutuhan akan agama
Kebutuhan peserta didik khususnya yang beranjak remaja kadang-kadang tidak dapat dipenuhi apabila telah berhadapan dengan agama, nilai-nilai sosial dan adat kebiasaan, terutama apabila pertumbuhan sosialnya telah matang, yang seringkali menguasai pikirannya. Pertentangan tersebut semakin mempertajam keadaan apabila remaja tersebut berhadapan dengan berbagai situasi, misalnya film di televisi maupun dilayar lebar yang menayangkan adegan-adegan tidak sopan, mode pakaian yang seronok, buku-buku bacaan serta koran yang sering menyajikan gambar yang tidak mengindahkan kaidah-kaidah moral dan agama. Semuanya itu menyebabkan kebingungan bagi remaja yang tidak mempunyai dasar keagamaan dan keimanan. Oleh sebab itu, sangat penting dilaksanakan penanaman nilai-nilai moral dan agama serta nilai-nilai sosial dan akhlak kepada remaja sejak usia dini.[1]
B.     Motif Dan Motivasi
1.      Motif
a.       Pengertian motif
Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat di interpretasikan dalam tingkah laku, berupa rangsangan , dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
b.      Penggolongan motif
Berdasarkan sumber asalnya, motif dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1)      Motif biogenetis, yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya, misalnya lapar, haus, kebutuhan akan kegiatan dan istirahat, mengambil napas, seksualitas, dan sebagainya.
2)      Motif sosiogenetis, yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada. Jadi motif ini tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan setempat. Misalnya, keinginan mendengarkan musik, makan pecel, makan cokelat, dan lain-lain.
3)      Motif teologis, dalam motif ini manusia adalah sebagai makhluk yang berketuhanan, sehingga ada interaksi antara manusia dengan Tuhannya, seperi ibadahnya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya keinginan untuk mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa, untuk merealisasikan norma-norma sesuai dengan agamanya.
Berdasarkan proses terbetuknya motif di bedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1)      Motif bawaan, yaitu motif yang sudah ada sejak dilahirkan dan tidak perlu dipelajari. Misalnya makan dan minum.
2)      Motif yang dipelajari, yaitu motif yang timbul karena kedudukan atau jabatan.
Sedangkan berdasarkan sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1)      Motif intrinsik, yaitu timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena memang telah ada dalam individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya.
2)      Motif ekstrinsik, yaitu timbul karena aanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat manfaatnya.
Motif intrinsik lebih kuat daripada motif ekstrinsik.  Oleh karena itu, pendidikan harus berusaha menimbulkan motif intrinsik dengan menumbuhkembangkan minat peserta didik terhadap bidang studi yang relevan. Sebagai contoh, memberitahukan sasaran yang hendak dicapai dalam bentuk tujuan instruksional pada sat pembelajaran akan dimulai yang menimbulkan motif keberhasilan mencapai sasaran.
Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motif ekstrinsik, antara lain
1)      Pendidikan memerlukan anak didiknya, sebagai manusia yang berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaannya, maupun keyakinannya.
2)      Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya.
3)      Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan, baik yang bersifat pribadi mauoun akademis.
4)       Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi atau materi yang di ajarkan kepada peserta didiknya.
5)      Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada profesinya sebagai pendidik.[2]
2.      Motivasi
a.       Pengertian motivasi
Motivasi berasal dari kata motif, yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.[3]
Istilah motivasi menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan kearah tujuan tertentu, dimana sebelumnya tidak ada gerakan menuju kearah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif diluar individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah didalam kelas, motivasi adalah membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat.[4]
Motivasi melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang mengandung energi, memiliki arah dan dapat dipertahankan.[5]
Suatu prinsip yang mendasari tingkah laku ialah bahwa individu selalu mengambil jalan terpendek menuju suatu tujuan. Orang dewasa mungkin berpandangan bahwa didalam kelas para siswa harus mengabdikan dirinya pada penguasaan kurikulum. Akan tetapi, para siswa tidak selalu melihat tugas-tugas sekolah sebagai jalan terbaik yang menuju kearak kebebasan, produktivitas, kedewasaan atau apa saja yang dipandang mereka sebagai suatu yang disukai. Dalam hubungan ini tugas guru adalah menolong mereka untuk memilih topik, kegiatan atau tujuan yang bermanfaat, baik untuk jangka panjang maupun utnuk jangkas pendek.
Menurut McDonald,” Motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions.” Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Perumusan ini mengandung tiga unsur yang saling berkaitan sebagai berikut:
1)      Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi.
Perubaha-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu didalam sistem neurofisiologis dalam organisme manusia, misalnya adanya perubahan dalam sistem pencernaan akan menimbulkan motif lapar. Akan tetapi, ada juga perubahan energi yang tidak diketahui.
2)      Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affevtive arousal).
Mula-mula merupakan ketegangan prikolosis, laluy merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini disadari, mungkin juga tidak. Kita dapat mengamatinya pada perbuatan. Misalnya si A terlibat dalam suatu diskusi. Karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan, dia akan berbicara dengan kata-kata dan suara yang lancar dan cepat.
3)      Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Pribadi yang bermotivasi mengadakan respons-respons yang tertuju kearah suatu tujuan. Respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi  dalam dirinya. Setiap respons merupakan suatu langkah kearah pencapaian tujuan. Misalnya si A ingin mendapat hadiah, maka ia akan belajar, mengikuti ceramah, bertanya, membaca buku, mengikuti les dan sebagainya.
b.      Komponen-kompone motivasi
Motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam (inner component) dan komponen luar (outer component). Komponen dalam ialah perubahan didalam diri seseorang, keadaan tidak merasa puas, ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi, komponen dalam ialah kebutuhan-kebutuhan yang hendak dipuaskan, sedangkan komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai.
c.       Fungsi motivasi
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi fungsi motivasi itu adalah :
1)      Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.
2)      Sebagai pengaruh, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.
3)      Sebagai penggerak.[6]
C.    Dinamika Motivasi Manusia
Dipandang dari segi motifnya, setiap perilaku atau motivasi manusia mengandung 3 aspek yang kedudukan yang bertahap dan berurutan :
1.      Motivating states
Timbul kekuatan dan terjadinya kesiapsediaan sebagai akibat terasanya kebutuhan jaringan atau sekresi hormonal dari dalam diri organisme atau tergantung pada stimulasi tertentu.
2.      Motivating behavior
Bergeraknya organisme kearah tujuan tertentu sesuai dengan sifat kebutuhan yang hendak dipenuhi dan dipuaskannya. Misalnya haus mencari air untuk diminum.
3.      Satisfied conditions
Dengan dicapai tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan yang terasa, maka keseimbangan dari dalam organisme pulih kembali dengan terpeliharanya, homostetis, kondisi demikian dihayati sebagai rasa nikmat dan puas atau lega.[7]
D.    Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
1.      Pemberian penghargaan atau ganjaran
Teknik ini dianggap berhasil bila menumbuhkembangkan minat siswa. Minat adalah perasaan seseorang bahwa apa yang dipelajari atau dilakukannya bermakna bagi dirinya.
Pemberian penghargaan dapat membangkitkan minat anak untuk mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Tujuan pemberian penghargaan adalahmembangkitkan ataumengembangkan minat. Jadi,penghargaan berperan untuk membuat pendahuluan saja. Penghargaanadalah alat, bukan tujuan.hendaknya diperhatikan jangan sampai penghargaan ini menjadi tujuan. Tujuan pemberian penghargaan dalam belaar adalah bahwa setelah seseorang telah menerima penghargaan karena telah melakukan kegiatan belajar dengan baik, ia akan terus melakukan kegiatan belajarnya sendiri diluar kelas.
2.      Pemberian angka atau grade
Apabila pemberian angka atau grade didasarkan atas perbandingan interpersonal dalam prestasi akademis, hal ini akan menimbulkan dua hal : anak yang mendapat angka baik dan anak yang endaoatkan angka jelek. Pada anak yang mendapatkan angka jelek mungkin angkan berkembang rasa rendah diri dan tak ada semangat terhadap pekerjaan- pekerjaan sekolah.
Dalam hubungan ini, Willam glasser dalam school without failure (1969) menyatakan, “karena grade atauangka itulebih banyak menekankan kegagalan daripada keberhasilan, dank arena kegagalan itu merupakan dasar bagi timbulnya masalah-masalah, maka saya menyarankan jangan ada siswa yang tergolong gagal atau hal-hal yang menyebabkan ia  merasa gagal dengan adanya system angka.”
3.      Keberhasilan dan tingkat aspirasi
Istilah”tingkat aspirasi”menunjuk pada tingkat pekerjaan yang di harapkan pada masa depan berdasarkan keberhasilan atau kegagalan dalam tugas-tugas yang mendahuluinya.konsep ini berkaitan erat dengan konsep seseorang tentang dirinya dan kekuatan-kekuatannya.
Menurut smith,apa yang di cita-citakan seseorang untuk di kerjakan pada masa datang bergantung pada pengamatannya tentang apa-apa yang mungkin baginya. Menuru   borow, tingkat aspirasi banyak bergantuk pada intelegensi,status social ekonomi, hubungan, dan harapan orangtua.akan tetapi, factor yang paling kuat adalah perbandingan besar kecilnya (proporsi) pengalaman tentang keberhasilan dan kegagalan.
Dalam hubungan ini guru dapat menggunakan prinsip bahwa tujuan-tujuan harus dapat dicapai dan para siswa merasa bahwa mereka akan mampu mencapainya.


4.      Pemberian pujian
Teknik lain untuk memberikan motivasi adalah pujian. Namun, harus diingat bahwa efek pujian iti bergantung pada siapa yang memberi pujian dan siapa yang menerima pujian itu.para siswa yang membutuhkan keselamatan dan harga diri,mengalami kecemasan,dan merasa bergantung pada orang lain akan responsive terhadap pujian. Pujian dapat ditunjukan baik secara verbal maupun secara non verbal. Dalam bentuk non verbal misalnya anggukan kepala,senyuman,atau tepuk bahu.
5.      Kompetisi dan kooperasi
Persaingan merupakan insetif pada kondisi-kondisi tertentu teteapi dapat merusak pada kondisi yang lain. Dalamkompetisi harus terdapat kesepakatan yang sama untuk menang.kompetisi harus mengandung suatu tingkat kesamaan dalam sipat-sipat para peserta.
Ada tigajenis persaingan yang efektif :  
a.       Kompetisi interpersonal antarateman-teman sebaya sering menimbulkan semangat persaingan.
b.      Kompetisi kelompok dimana setiap anggota dapat memberikan sumbangan dan terlibat di dalamkeberhasilan kelompok merupakan motipasi yang sangat kuat.
c.       Kompetisi dengan diri sendiri,yaitu dengan catatan tentang perestasi terdahulu, dapat merupakan motifasi yang efektif.
Adapun kebutuhan yang akan realisasi diri, di terima oleh kelompok, dan kebutuhan akan rasa aman,dan keselamatan dapat lebih banyak di penuhi dengan cara kerja sama.menurut lowry dan rankin (1969), kerja sama adalah pungsi utama dan merupakan bentuk yang paling dasar dari hubungan-hubungan antar kelompok
6.      Pemeberian harapan
Harapan selalu mengacukedepan. Artinya,jika seseorang berhasilmelaksanakan tugasnya atau berhasil dalam kegiatan belajarnya, dia dapat memperoleh dan mencapai harapa- harapan yang telah diberikan kepadanya sebelumnya. Itu sebabnya pemberian harapan kepada siswa dapat menggugah minat dan motivasi belajar asalkan siswa yakin bahwa harapannya bakal terpenuhi kelak. Harapan itu dapat merupakan hadiah, kedudukan, nama baik, atau sejenisnya. Sebaliknya, cara ini tidak menghasilkan apa-apa jika guru tidak memenuhi harapan yang pernah diberikannya kepada para siswa.[8]
E.     Cara Mengukur Motivasi Belajar Peserta Didik
Meskipun motivasi itu merupakan suatu kekuatan, namun tidaklah merupakan substansi yang dapat diamati. Yang dapat kita lakukan adalah mengidentifikasi indikator tersebut :
1.      Durasi kegiatan (berapa lama waktu yang digunakan untuk berkegiatan)
2.      Frekuensi kegiatan (seberapa sering kegiatan itu dilakukan)
3.      Ketetapan tujuan pada kegiatan tertentu.
4.      Ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam menghadapi rintangan untuk mencapai tujuan.
5.      Pengabdian dan pengorbanan untuk mencapai tujuan.
6.      Maksud yang ingin dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
7.      Berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak yang dicapai dari kegiatan itu.
Pengukuran yang dapat digunakan antara lain :
1.      Tes tindakan untuk memperoleh informasi serta kemampuan menghadapi masalah
2.      Kuesioner untuk mengetahui informasi tentang pengabdian dan pengorbanannya.
3.      Mengarang bebas untuk mengetahui cita-cita.
4.      Tes prestasi dan skala sikap untuk mengetahui nkualifikasi dan arah sikap.
F.     Konsep Dan Teori Kreativitas
Sejatinya , kreativitas bermula dari cara berpikir kreatif. Pada kurun waktu 1960-an hingga permulaan tahun 1970-an, sejumlah ahli psikologi sudah tertarik terhadap kreativitas. Mereka telah berusaha merumuskan, mencirikan, dan mengembangkannya. Beberap ahli psikologi percaya bahwa kreativitas harus terbatas pada penemuan atau penciptaan suatu ide tau konsep baru yang sebelumnya tidak pernah diketahui oleh manusia. Para ahli lainnya mengartikan kreativitas secara lebih inklusif, yaitu meliputi semua usaha produktif yang unik dari individu. Pandangan ini lebih bermakna bagi guru yang berusaha untuk mengembangkan kemampuan kreatif, baik untuk profesinya sendiri maupun untuk peserta didik dan membantu mereka dalam menggali dan mengembangkan potensinya secar optimal.
Menurut Lumsdaine (1995), kreativitas adalah mempergunakan imajinasi dan berbagai kemungkinan yang diperoleh dari interaksi dengan ide atau gagasan, orang lain dan lingkungan untuk membuat koneksi dan hasil yang baru serta bermakna. Artinya mengembangkan pemikiran alternatif atau kemungkinan dengan berbagai cara sehingga mampu melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang dalam interaksi individu dengan lingkungan  sehingga diperoleh cara-cara baru untuk mencapai tujuan yang lebih bermakna.
Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai pola berpikir atau ide yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang mencirikan hasil artistik, penemuan ilmiah, dan penciptaan secara mekanik. Kreativitas meliputi hasil sesuatu yang baru, baik sama sekali baru bagi dunia ilmiah atau budaya maupun secara relatif baru bagi indvidunya sendiri walaupun mungkin orang lain telah menemukan atau memproduksi sebelumnya. Seseorang dapat menjadi ahli matematika, ahli filsafat, atau ilmuwan kreatif, seperti halnya dengan seorang penulis atau seniman kreatif.
Kreativitas juga merupakan pengembangan dari kedua belahan otak, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Belahan otak kiri adalah kemampuan berfikir kritis, ilmiah, logis dan linier. Sedangkan belahan otak kanan adalah nonlinier, nonverbal, holistik, humanistik dan mistik.[9]
Salah satu masalah yang kritis dalam meneliti, mengidentifikasi, dan mengembangkan kreativitas ialah bahwa begitu banyak definisi tentang kreativitas. Tetapi tidak ada satu definisi   pun yang dapat diterima secara universal. Skala sikap adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa sejumlah pernyataan sikap tentang sesuatu yang jawabannya dinyatakan secara berskala, misalnya skala tiga, empat atau lima. Pengembangan skala sikap dapat mengikuti langkah sebagai berikut.
1.      Menentukan obyek sikap yang akan dikembangkan skalanya.
2.      Memilih dan membuat daftar dari konsep dan kata sifat yang relevan dengan obyek penilaian sikap.
3.      Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan dalam skala.
4.      Menentukan skala dan penskoran.     
Orang yang kreatif berhasil mencapai ide, gagasan pemecahan masalah, cara kerja, hal produk baru. Biasanya melewati beberapa tahap, yaitu 1) Persiapan (Preparation) adalah mempelajari latar belakang perkara, seluk beluk dan problematikanya. 2) Konsentrasi (concentration) sepenuhnya memikirkan,masuk luluh, tersersap dalam perkara yang dihadapi. 3) Inkubasi (Incubation) adalah mencari kegiatan yang melepaskan diri dari kesibukan pikiran mengenai perkara yang di hadapi. 4) Iluminasi (Illumination) adalah mendapatkan ide gagasan,pemecahan penyelesaian, cara kerja, jawaban baru. 5) Verifikasi/ produksi (Verification/ produktion) adalah menghadapi dan memecahkan masalah praktis sehubungan dengan perwujudan ide, gagasan, pemecahan,penyelesaian, cara kerja, jawaban baru. Kreativitas penting dipupuk dan dikembangkan pada diri anak karena:
1.      Dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya,dan perwujudan diri termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia
2.      Kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah
3.      Kreatif tidak hanya bermanfaat,tetapi juga memberikan kepuasan terhadap individu
4.      Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya
Guilford seperti yang dikutip oleh Monthy P Satiadrama dan Fidelis E Wawu karakteristik pemikiran kreatif berkaitan erat dengan lima ciri kemampuan berfikir yaitu 1) Kelancaran (fluenty) adalah kemampuan memproduksi banyak gagasan. 2) Keluwesan (flexibility) adalah kemampuan untuk mengajukan berbagai pendekatan atau pemecahan masaalah. 3) Keaslian (originality) adalah merupakan kemampuan untuk melahirkan gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri. 4) Penguraian (elaboration) adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci. 5) Perumusan kembali (redefinision) adalah merupakan kemampuan untuk mengkaji suatu persoalan melalui cara dan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah lalu
Berdasarkan penenkanannya, definisi-defiisi kreativitas dapat dibedakan ke dalam dimensi personal atau indivdu (personal), produk (product), dan publikasi (publication). Rhodes (1961) menyebut keempat dimensi kreativitas tersebut sebagai the Four P’s of Creativity. Berikut dikemukakan beberapa sumber:
1.      Kreativitas mengacu pada kemampuan yang khas dari orang-orang kreatif (Guilford, 1965)
2.      Kreativitas adalah sebuah proses yang memanifestasikan dirinya dalam kefasihan (kelancaran), dalam fleksibilitas, juga dalam orisinalitas (S. C. U. Munadar, 1977).
3.      Kemampuan untuk membawa sesuatu yang baru ke dalam suatu hal yang eksis (Barron, 1969; 1976).
4.      Kreativitas dapat dianggap sebagai kualitas produk atau tanggapan yang dinilai untuk menjadi kreatif oleh pengamat yang sesuai (Amabile, 1983).
5.      Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Wujudnya adalah tindakan manusia (Barron & Harrington, 1981).
Pengertian kreativitas juga dapat dibedakan ke dalam pengertian konsensual dan konseptual. Pengertian konsensual menekankan segi produk kreatif yang dinilai derajat kreativitasnya oleh pengamat yang ahli. Amabile, (1983), mengemukakan bahwa suatu produk atau respons seseorang dikatakan kreatif apabila menurut penilaian orang yang ahli atau pengamat yang mempunyai kewenangan dalam bidang itu bahwa itu kreatif. Dengan demikian, kreativitas merupakan kualitas suatu produk atau respons yang dinilai kreatif oleh pengamat yang ahli. Sedangkan pengertian konseptual bertolak dari konsep tertentu tentang kreativitas yang dijabarkan ke dalam kriteria tentang apa yang disebut kreatif.
Berdasarkan pengertian konseptual dan konsensual tentang kreativitas, Dedi Supriadi (1989), mengembangkan studi kreativitas terhadap ilmuan senior. Analog dengan hal itu, maka guru kreatif dapat dikenali dari kriteria;
1.      Sumbangan mereka terhadap ilmu pengetahuan.
2.      Keanggotaan dalam organisasi profesi’
3.      Penghargaan yang diterima
4.      Jabatan keahlian yang pernah atau sedang dipegang.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan guru untuk mempergunakan imajinasi dan berbagai kemungkinan yang diperoleh dari interaksi dengan ide atau gagasan, orang lain dan lingkungan untuk membuat koneksi dan hasil yang baru serta bermakna.
Proses kreatif dapat digambarkan dalam empat tingkatan, yaitu:
1.      Tingkat persiapan, usaha dibuat oleh guru untuk memahami dan mengerti tentang kebutuhan personal. Guru memberikan perhatian secara mendetail terhadap objek sehingga dipahami secara utuh dalam berbagai dimensi sudut pandang. Sudut pandang paling tidak meliputi kondisi fisik objek, kegunaan atau manfaat, serta suasana atau situasi yang terbentuk karena keberadaan objek. Kebutuhan guru akan terkait dengan ketiga sudut pandang secara parsial, kombinasi maupun sebagai keutuhan. Contoh pada saat melihat kursi siswa, guru akan memberikan perhatian dari sisi fisik apakah bentuknya cukup mewakili sebuah kursi atau tempat untuk duduk dan apakah tidak ada bagian yang membahayakan. Dari sudut pandang kegunaan atau manfaat apakah kursi cukup kuat untuk diduduki atau menahan berat badan siswa. Dari sudut pandang suasana atau situasi yang tercipta apakah posisi kursi tidak menghalangi siswa atau guru berjalan, mendukung suanasana kelas yang menyamankan dan apakah cukup pantas untuk menempati bagian dari ruangan.
2.      Tingkat inkubasi (pengeraman), yaitu upaya untuk mengembangkan ide dari perhatian yang diberikan untuk menjawab persoalan yang dihadapi guru. Contoh : pada saat sekolah memiliki ruangan  dengan ukuran tertentu yang harus menampung sejumlah siswa untuk duduk dan menulis, maka bentuk dan ukuran kursi seperti apa yang harus dibuat atau dibeli sehingga memenuhi tujuan yang diharapkan.
3.      Tingkat wawasan, yang membawa guru pada pengertian baru. Artinya terbuka kemungkinan terjadi perubahan bentuk, ukuran dan fungsi dari suatu objek untuk memenuhi beberapa tujuan yang diharapkan. Contoh: ruangan yang ada tidak memungkinkan diisi dengan meja dan kursi karena akan membuat siswa tidak leluasa bergerak. Hal yang dibutuhkan adalah kursi yang juga berfungsi sebagai meja dan tempat menyimpan barang/tas, cukup ringan untuk dipindahkan dan dirapikan dengan cara melipat kursi, mampu menahan beban sebarat 30 – 50 kg dan tinggi 120 – 160 cm, serta cukup memberi ruangan untuk bergerak keluar dan duduk.
4.      Tingkat pengesahan/penemuan, yang menyadarkan guru tentang ide kreatif pengesahan atau tingkat implementasi. Upaya mewujudkan ide dalam bentuk nyata. Contoh: untuk memperoleh kursi sesuai kebutuhan pada tingkat wawasan awalnya perlu dibuatkan gambar, mempertimbangkan bahan, mengerjakan, menata dalam ruangan dan memanfaatkan benda baru.
G.    Karakteristik Pribadi Yang Kreatif
Anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya mandiri dan memliki rasa percaya diri. Mereka lebih berani mengambil resiko dari pada anak-anak pada umumnya. Artinya dalam melakukan tindakan yang bagi mereka berarti, penting, dan disukai, mereka tidak terlalu menghiraukan kritik atau ejekan dari orang lain. Orang yang inovatif berani untuk berbeda, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari tradisi. Rasa percaya diri, keuletan, dan ketekunan membuat tidak cepat putus asa dalam mencapai tujuan (Utami Munandar, 1999: 35).
Treffinger dalam Utami Munandar mengatakan bahwa pribadi kreatif biasanya lebih terirganisasi dalam melakukan tindakan. Rencana inovatif serta produk orisinal telah dipikirkan dengan matang lebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang timbul dan implikasinya (Utami Munandar, 1999: 35).
Ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memberikan sumbangan kreatif yang menonjol terhadap masyarakat digambarkan sebagai berikut: berani dalam pendirian/keyakinan, melit (ingin tahu), mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan, bersibuk diri terus menerus dengan kerjanya, intuitif, ulet, tidak bersedia menerima pendapat dari otoritas begitu saja (Utami Munandar, 1999: 36).
Ciri ciri pribadi kreatif dari kelompok pakar psikologi adalah sebagai berikut:
1.      Imajinatif
2.      Mempunyai prakarsa
3.      Mempunyai minat luas
4.      Mandiri dalam berpikir
5.      Melit (ingin tahu)
6.      Senang berpetualang
7.      Penuh energi
8.      Bersedia mengambil resiko
9.      Berani dalam pendirian dan keyakinan (Utami Munandar, 1999: 37).
Sedangkan ciri-ciri pribadi kreatif yang dinginkan oleh guru adalah sebagai berikut:
1.      penuh energi
2.      mempunyai prakarsa
3.      percaya diri
4.      sopan
5.      rajin
6.      melaksanakan pekerjaan pada waktunya
7.      sehat
8.      berani dalam berpendapat
9.      mempunyai ingatan yang baik
10.  ulet (Utami Munandar, 1999: 37).
Para ahli kreativitas, mengatakan bahwa ciri-ciri dari kemampuan berpikir kreatif yaitu:
a.       Kelancaran berpikir, kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran seseorang secara tepat.
b.      Keluasan (fleksibility), yaitu kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi.
c.       Elaborasi, yaitu kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memerinci detail-detail dari suatu obyek sehingga menjadi lebih menarik.
d.      Keaslian (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau gagasan asli (Utami Munandar, 1999: 45).
Anak usia prasekolah sebetulnya memiliki banyak ciri-ciri kepribadian kreatif antara lain: keterbukaan terhadap pengalaman baru, spontanitas dan kebebasan dalam ungkapan diri, rasa takjub, ingin menjajaki (explore) lingkungannya, kepekaan dalam pengamatannya, daya imajinasi yang kuat, dan semangat mengajukan pertanyaan (Utami Munandar, 2002: 39).
Dari penjelasan tentang ciri-ciri orang-orang kreatif jelaslah bahwa orang kreatif mempunyai ciri-ciri yang telah dijelaskan oleh pakar yang mengemukakan pendapatnya tentang ciri-ciri kreatif, walaupun pada dasarnya tidak semua orang kreatif memiliki semua ciri-ciri tersebut akan tetapi setidaknya orang kreatif memiliki salah satu ciri yang telah disebutkan dan dijelaskan secara mendetail oleh para ahli psikologi, sehingga orang tersebut dapat dikategorikan sebagai orang kreatif.
H.    Cara Meningkatkan Kreativitas Peserta Didik
Kreativitas tidak hanya tergantung pada potensi bawaan yang khusus, tetapi juga pada perbedaan mekanisme mental atau sikap mental yang menjadi sarana untuk mengungkapkan sifat bawaan tersebut. Menurut Hurlock (2005:11) beberapa kegiatan untuk meningkatkan kreativitas adalah:
a.       Waktu. Untuk menjadi kreatif kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga anak mempunyai sedikit waktu bebas untuk bermain-main dengan gagasan dan konsep yang dipahaminya.
b.      Kesempatan. Apabila mendapat tekanan dari kelompok, kemudian anak menyendiri, maka ia menjadi lebih kreatif.
c.       Dorongan. Orang tua sangat berperan dalam hal ini, anak seharusnya dibebaskan dari ejekan dan kritik yang sering kali memojokkan anak.
d.      Sarana. Harus disediakan untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi yang merupakan unsur penting dari kreativitas.
e.       Lingkungan. Keadaan lingkungan yang merangsang kreativitas anak.
f.       Hubungan dengan orang tua. Orang tua yang terlalu melindungi atau terlalu posesif terhadap anak dapat menghambat proses kreativitas.
g.      Cara mendidik anak. Mendidik secara demokratis dan permisif di rumah dan di sekolah akan meningkatkan kreativitas, sedangkan mendidik dengan cara otoriter menghambat proses kreativitas.
h.      Pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan yang diperoleh anak maka semakin banyak dasar untuk mencapai peningkatan kreativitas.[10]
.










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Adapun kebutuhan peserta didik yang perlu menedapat perhatian dari guru, diantaranya :
1.      Kebutuhan jasmaniah
2.      Kebutuhan akan rasa aman
3.      Kebutuhan kasih sayang
4.      Kebutuhan akan penghargaan
5.      Kebutuhan akan rasa sukses
6.      Kebutuhan akan agama
Adapun dari kebutuhan diatas akan menimbulkan dorongan atau motif. Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat di interpretasikan dalam tingkah laku, berupa rangsangan , dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
Sedangkan motivasi adalah Istilah yang menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan kearah tujuan tertentu, dimana sebelumnya tidak ada gerakan menuju kearah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif diluar individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah didalam kelas, motivasi adalah membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat.
Motivasi melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang mengandung energi, memiliki arah dan dapat dipertahankan.
Suatu prinsip yang mendasari tingkah laku ialah bahwa individu selalu mengambil jalan terpendek menuju suatu tujuan. Orang dewasa mungkin berpandangan bahwa didalam kelas para siswa harus mengabdikan dirinya pada penguasaan kurikulum. Akan tetapi, para siswa tidak selalu melihat tugas-tugas sekolah sebagai jalan terbaik yang menuju kearak kebebasan, produktivitas, kedewasaan atau apa saja yang dipandang mereka sebagai suatu yang disukai. Dalam hubungan ini tugas guru adalah menolong mereka untuk memilih topik, kegiatan atau tujuan yang bermanfaat, baik untuk jangka panjang maupun utnuk jangkas pendek.
Dipandang dari segi motifnya, setiap perilaku atau motivasi manusia mengandung 3 aspek yang kedudukan yang bertahap dan berurutan :
1.      Motivating states
2.      Motivating behavior
3.      Satisfied conditions
Adapun cara meningkatkan motivasi peserta didik, antara lain :
1.      Pemberian penghargaan atau ganjaran
2.      Pemberian angka atau grade
3.       Keberhasilan dan tingkat aspirasi
4.      Pemberian pujian
5.      Kompetisi dan kooperasi
6.      Pemeberian harapan
Adapun cara mengukur motivasi belajar peserta didik, yaitu :
1.      Durasi kegiatan (berapa lama waktu yang digunakan untuk berkegiatan)
2.      Frekuensi kegiatan (seberapa sering kegiatan itu dilakukan)
3.      Ketetapan tujuan pada kegiatan tertentu.
4.      Ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam menghadapi rintangan untuk mencapai tujuan.
5.      Pengabdian dan pengorbanan untuk mencapai tujuan.
6.      Maksud yang ingin dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
7.      Berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak yang dicapai dari kegiatan itu.
kreativitas adalah mempergunakan imajinasi dan berbagai kemungkinan yang diperoleh dari interaksi dengan ide atau gagasan, orang lain dan lingkungan untuk membuat koneksi dan hasil yang baru serta bermakna. Artinya mengembangkan pemikiran alternatif atau kemungkinan dengan berbagai cara sehingga mampu melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang dalam interaksi individu dengan lingkungan  sehingga diperoleh cara-cara baru untuk mencapai tujuan yang lebih bermakna.
B.     Saran
Karena makalah ini masih jauh dari nkata sempurna, kami menyarankan agar para pembaca lebih memperbanyak referensi, agar pengetahuan dan wawasan semakin luas.













DAFTAR PUSTAKA
Salahudin, anas, dan irwanto alkrieenciehie, 2013, pendidikan berkarakter, bandung;cv pustaka setia
Uno, hamzah, 2006,Teori Motivasi Dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik,0emar, ,2012,Psikologi Belajar Dan Mengajar, Bandung:Sinar Baru Algensindo
Santrock, John W, 2009, Psikologi Pendidikan Edisi 3, Jakarta: Salemba Humanika
http://duniainformatikaindonesia.blogspot.co.id/2013/04/ciri-ciri-kepribadian-kreatif.html









PERTANYAAN:
1.      Apa yang dimaksud dengan motivasi ?
2.      Apa yang dimaksud dengan motif ?
3.      Apa yang menyebabkan munculnya motivasi ?
4.      Bagaimana cara mengukur motuvasi belajar peserta didik ?
5.      Bagaimana ciri pribadi yang kreatif ?
JAWABAN :

1.      motivasi adalah Istilah yang menunjuk kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tindakan kearah tujuan tertentu, dimana sebelumnya tidak ada gerakan menuju kearah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan dasar atau internal dan insentif diluar individu atau hadiah. Sebagai suatu masalah didalam kelas, motivasi adalah membangkitkan, mempertahankan dan mengontrol minat-minat
2.      Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat di interpretasikan dalam tingkah laku, berupa rangsangan , dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
3.      Motivasi muncul karena adanya kebutuhan
4.       
·         Durasi kegiatan (berapa lama waktu yang digunakan untuk berkegiatan)
·         Frekuensi kegiatan (seberapa sering kegiatan itu dilakukan)
·         Ketetapan tujuan pada kegiatan tertentu.
·         Ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam menghadapi rintangan untuk mencapai tujuan.
·         Pengabdian dan pengorbanan untuk mencapai tujuan.
·         Maksud yang ingin dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
·         Berapa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak yang dicapai dari kegiatan itu.
5.       
·         Imajinatif
·          Mempunyai prakarsa
·          Mempunyai minat luas
·          Mandiri dalam berpikir
·          Melit (ingin tahu)
·           senang berpetualang
·           penuh energi
·           bersedia mengambil resiko
·            berani dalam pendirian dan keyakinan


[1] http://www.artikelbagus.com/2011/08/kebutuhan-peserta-didik.html
[2] Hamzah B. Uno, Teori Motivasi Dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)
[3] Ibid., hlm. 3
[4] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Dan Mengajar (Bandung:Sinar Baru Algensindo,2012)
[5] John W. Santrock, Psikologi Pendidikan Edisi 3 (Jakarta: Salemba Humanika, 2009)
[6] 0p.cit, hlm: 173-175
[7] http://dinikawekas-09.blogsp0t.c0.id/2011/10/motivasi-dan-dinamika-perilaku-manusia.html
[8] 0p.cit, hlm: 184-186        
[9] Anas salahudin, pendidikan karakter (bandung: cv pustaka setia, 201)
[10] http://duniainformatikaindonesia.blogspot.co.id/2013/04/ciri-ciri-kepribadian-kreatif.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar